Uji keabsahaan dalam
penelitian, sering hanya ditekankan pada uji validitas dan reliabilitas
(a) Validitas
(a) Validitas
Validitas
merupakan derajat ketepatan antara data yang terjadi pada obyek penelitian
dengan gaya yang dapat dilaporkan oleh peneliti. Dengan demikian data yang
valid adalah data “yang tidak berbeda” antara data yang dilaporkan dengan data
yang sesungguhnya terjadi pada obyek penelitian. Bila peneliti membuat laporan
yang tidak sesuai dengan obyek, maka data tersebut dapat dinyatakan tidak
valid. Misalnya dalam obyek penelitian terdapat warna hitam, maka peneliti harus
melaporkan bahwa terdapat warna hitam. Peneliti tidak boleh melaporkan bahwa
terdapat warna lain selain hitam, karena dapat menyebabkan data tidak valid.
Dalam validitas penelitian terdapat dua macam, yaitu validitas internal dan validitas eksternal (Sugiyono: 2016: 117-118).
Dalam validitas penelitian terdapat dua macam, yaitu validitas internal dan validitas eksternal (Sugiyono: 2016: 117-118).
·
Validitas internal berkenaan dengan
derajat akurasi desain penelitian dengan hasil yang dicapai. Contoh dalam konteks
teologi; jika peneliti dalam desain penelitiannya merancang mengenai kualitas
kerja pengkhotbah, maka data yang seharusnya diperoleh adalah data yang akurat
mengenai kualitas kerja pengkhotbah. Penelitian akan menjadi tidak valid
apabila yang ditemukan adalah motivasi pengkhotbah.
·
Validitas eksternal berkenaan dengan
derajat akurasi apakah hasil penelitian dapat digeneralisasikan atau diterapkan
pada populasi di mana sampel tersebut diambil. Bila sampel penelitian
representatif, instrumen penelitian valid dan reliabel, cara mengumpulkan dan analisis
data benar, maka penelitian akan memiliki validitas eksternal yang tinggi.
Dalam penelitian kualitatif, temuan atau data dapat
dinyatakan valid apabila tidak ada perbedaan antara yang dilaporkan peneliti
dengan apa yang sesungguhnya terjadi pada obyek yang diteliti. Tapi perlu
diketahui bahwa kebenaran realitas data menurut penelitian kualitatif bersifat
jamak dan tergantung pada konstruksi manusia, dibentuk dalam diri seseorang
sebagai hasil proses mental tiap individu dengan berbagai latar belakangnya
(Sugiyono, 2016: 118).
(b)
Reliabilitas
Susan
Stainback (1998) menyatakan bahwa reliabilitas berkaitan dengan derajat
konsistensi dan stabilitas data atau temuan. Dalam pandangan positivistik
(kuantitatif) suatu data dinyatakan reliabel apabila dua atau lebih peneliti
dalam obyek yang sama menghasilkan data yang sama, atau peneliti sama dalam
berbeda menghasilkan data yang sama, atau sekelompok data yang bila dipecah
menjadi dua menunjukkan data yang tidak berbeda.
Pengertian
reliabilitas dalam penelitian kualitatif, berbeda dengan penelitan
kuantitatif. Hal ini terjadi karena terdapat perbedaan paradigma dalam melihat
realitas. Dalam penelitian kualitatif, realitas bersifat majemuk/ganda,
dinamis/selalu berubah, sehingga tidak ada yang konsisten dan berulang seperti
semula. Heraclites (dalam Nasution, 1988) menyatakan bahwa “kita tidak bisa dua
kali masuk sungai yang sama”. Maksudnya ialah, waktu berubah, situasi berubah,
air mengalir terus, dan perilaku manusia untuk terlibat dalam situasi sosial
pun berubah. Sehingga jelas bahwa data tidak tetap atau konsisten ataupun
stabil. Selain itu, tiap peneliti dalam memberi laporan biasanya menurut bahasa
dan cara berfikirnya. Demikian dengan cara pengumpulan data, pencatatan hasil
observasi dan wawancara terkandung unsur-unsur individualistik. Proses penelitian
sendiri bersifat personalistik dan tidak ada dua peneliti akan menggunakan cara
yang persis sama (Sugiyono, 2016: 119-120).
B.
Pengujian
Validitas dan Reliabilitas Penelitian Kualitatif
Dalam pengujian
keabsahan data, metode penelitian kualitatif meliputi uji cerdibility (validitas
internal/nilai kebenaran), transferability (validitas eksternal/penerapan),
dependability (reliabilitas/konsistensi), confirmability (obyektivitas/natralitas).
1.
Uji
Kredibilitas
Bermacam-macam
cara pengujian kredibilitas data antara lain dilakukan dengan: perpanjangan
pengamatan, peningkatan ketekunan dalam perpanjangan pengamatan, triangulasi,
diskusi dengan teman sejawat, analisis kasus negatif, dan member check.
Perpenjangan pengamatan
Dengan
perpanjangan pengamatan, berarti peneliti akan kembali ke lapangan dan
melakukan pengamatan. Wawancara lagi dengan nara sumber yang pernah ditemui maupun dengan yang baru. Dengan
perpanjangan pengamatan ini berarti hubungan peneliti dengan nara sumber akan
semakin terbentuk rapport, semakin akrab (tidak ada jarak), semakin terbuka,
saling mempercayai sehingga tidak ada informasi yang disembunyikan lagi. Bila telah
terbentuk rapport, maka kehadiran peneliti tidak lagi menjadi gangguan dalam
mempelajari perilaku, sehingga tak ada lagi informasi yang disembunyikan. Lamanya
perpanjangan pengamatan ini akan tergantung pada kedalaman, keluasan, dan
kepastian data. Dalam perpanjangan pengamatan, sebaiknya difokuskan pada
pengujian yang telah diperoleh, apakah data yang dioeroleh setelah dicek
kembali ke lapangan sudah benar atau tidak, berubah atau tidak. Bila setelah
dicek kembali ke lapangan data sudah benar berarti kredibel, maka waktu
perpanjangan pengamatan dapat diakhiri. Untuk membuktikan apakah peneliti
melakukan uji kredibilitas atau tidak maka akan lebih baik jika dibuktikan
dengan surat perpanjangan, yang selanjutnya surat keterangan perpanjangan ini
dilampirkan dalam laporan penelitian.
Meningkatkan ketekunan
Meningkatkan
ketekunan berarti melakukan pengamatan secara lebih cermat dan
berkesinambungan. Mengapa dengan meningkatkan ketekunan dapat meningkatkan
kredibilitas data? Meningkatkan ketekunan ibarat kita mengecek soal-soal, atau
tulisan yang telah dikerjakan ada yang salah atau tidak. Dengan meningkatkan
ketekunan itu, maka peneliti dapat melakukan pengecekan kembali apakah data
yang telah ditemukan salah atau tidak. Dengan meningkatkan ketekunan maka
peneliti dapat memberikan deskripsi data yang akurat dan sistematis tentang apa
yang diamati. Peneliti dapat meningkatkan ketekunan, melalui proses membaca
referensi, maupun hasil penelitian atau dokumentasi-dokumentasi yang terkait
temuan yang diteliti. dengan begitu wawasan peneliti akan semakin luas dan
tajam, sehingga dapat digunakan untuk memeriksa data yang ditemukan itu benar
dipercaya atau tidak.
Triangulasi
Wilian
Wiersma (1986) mengartikan triangulasi sebagai pengecekan data dari berbagai
sumber, dengan berbagai cara, dan berbagai waktu. Dengan demikian terdapat
triangulasi sumber, triangulasi teknik pengumpulan data, dan triangulasi waktu.
Triangulasi
sumber untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan
cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber. Sebagai contoh:
untuk menguji kredibilitas data tentang gaya kepemimpinan seeseorang, maka
pengumpulan dan pengujian data yang telah diperoleh dilakukan ke bawahan, ke
atasan yang menugasi, dan ke teman sekerja yang merupakan kelompok kerja sama. Dari
ketiga sumber tersebut, peneliti kemudian mendeskripsikan atau mengkategorikan
mana pandangan yang sama, yang berbeda, dan spesifik dari ketiga sumber data
tersebut.
Triangulasi
teknik untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan
cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. Misalnya
data diperoleh dengan cara wawancara, maka peneliti dapat mengeceknya dengan
dokumentasi, kuesioner ataupun observasi. Bila dengan teknik-teknik tersebut
menghasilkan data-data yang berbeda, maka peneliti melakukan diskusi lanjut
kepada sumber data yang bersangkutan atau yang lain untuk memastikan data mana
yang dianggap benar.
Triangulasi
waktu untuk menguji kredibilitas data dapat dilakukan
dengan cara melakukan pengecekan dengan wawancara, observasi atau teknik lain
dalam waktu atau situasi yang berbeda.
Analsisi Kasus Negatif
Kasus
negatif adalah kasus yang tidak sesuai atau berbeda dengan hasil penelitian
hingga pada saat tertentu. Melakukan analisis kasus negatif berarti peneliti
mencari data yang berbeda atau bahkan bertentangan dengan data yang telah
ditemukan. Bila tidak ada lagi data yang bertentangan, maka dapat diartikan
bahwa data yang ditemukan sudah dapat dipercaya.
Menggunakan Bahan Referensi
Yang
dimaksudkan dengan bahan referensi adalah adanya pendukung untuk membuktikan
data yang telah ditemukan oleh peneliti. Sebagai contoh: data hasil wawancara
perlu didukung dengan adanya rekaman wawancara. Data tentang interaksi manusia,
atau gambaran suatu keadaan perlu didukung oleh foto-foto, ataupun
rekaman-rekaman dalam penelitian kualitatif. Laporan yang disertai dengan bukti
autentik berupa rekaman atau foto biasa akan lebih dipercaya.
Mengadakan Member Check
Member
check adalah proses pengecekan data yang diperoleh peneliti kepada pemberi
data. Tujuan member chec adalah untuk mengetahui seberapa jauh data yang
diperoleh sesuai dengan apa yang diberikan oleh pemberi data. Apabila yang
ditemukan disepakati oleh pemberi data berarti data tersebut valid, sehingga
semakin krediber atau dapat dipercaya.
2.
Pengujian
Transferablility
Transferability,
jika dalam penelitian kuantitatif disebut sebagai validitas eksternal yang
menunjukkan derajat ketepatan atau dapat diterapkan hasil penelitiannya ke
populasi di mana sampel tersebut di ambil. Nilai transfer ini berkaitan dengan
pertanyaan, hingga makna hasil penelitian dapat diterapkan atau digunakan dalam
situasi lain.
3.
Pengujian
Depenability
Dalam
penelitian kuantitatif, depenability disebut sebagai reliabilitas. Dalam penelitian
kualitatif disebut depenability. Penelitan yang reliabel adalah apabila orang
lain dapat mengulang atau mereplikasi penelitian tersebut. Pengujian depenability
dilakukan dengan cara melakukan audit secara keseluruhan terhadap penelitian
tersebut. Caranya dilakukan oleh orang yang independen misalnya pembimbing
untuk mengaudit keseluruhan aktivitas peneliti dalam melakukan penelitian. Bagaimana
peneliti mulai menentukan masalah/fokus, memasuki lapangan, menentukan sumber
data, melakukan analisis data, melakukan uji keabsahaan data, sampai membuat
kesimpulan, haruslah dapat ditunjukkan oleh peneliti. Jika peneliti tidak dapat
menunjukkan aktivitas penelitiannya maka patut diragukan depenabilitasnya.
4.
Pengujian
Konfirmability
Pengujian
konfirmability dalam penelitian kualitatif disebut dengan uji obyektifitas
penelitian. Penelitian dikatakan obyektif jika hasil penelitian telah
disepakati banyak orang. Dalam penelitian kualitatif, uji konfirmability mirip
dengan uji depenability sehingga pengujiannya dapat dilakukan secara bersamaan.
Bila hasil penelitian merupakan fungsi dari proses penelitian yang dilakukan,
maka penelitian tersebut telah memenuhi standar konfirmability.
tolong kirim sumbernya mas,kirim email saya (hidayat.fci15@gmail.com)..matursuwun
ReplyDeleteKak bagi sumbernya. Kirim di email saya windiui03@gmail.com.
ReplyDeleteMakasih
Sumber ??
ReplyDeleteBagi sumber referensi ya dong krim email sya
ReplyDeletekak boleh bagi sumbernya? kirim ke email citrads.dewi@gmail.com
ReplyDeleteterimakasih
Kak bisa minta sumbernya? dikirim di email karmanar11@gmail.com\
ReplyDeletemakasih materinya sangat bermanfaat bagi saya, kalo boleh bagi kasih saya sumber kah?
DeleteMakasih ini emailku: akuadalahanakkoteka@gmail.com
bismillah kk minta referensinya kk (musdalifausman04@gmail.com)tolong kk..
ReplyDeleteMohon maaf ka, minta sumber nya kirim ke email saya iinawaliya06@gmail.com
ReplyDeleteijin kak boleh minta sumbernya kirim email @latifahhanum052002@gmail.com
ReplyDeleteNuwun sewu bpk ,Mohon maaf kalau di ijinkan kami minta sumernya agar kami pelajari
ReplyDeleteminta referensinya,,,!!1
ReplyDelete