Thursday, September 7, 2017

HAKIKAT DAN KONSEP DASAR KEWIRAUSAHAAN


A. Defenisi Kewirausahaan 

Dalam kehidupan sehari-hari, masih banyak orang yang menafsirkan dan memandang bahwa kewirausahaan identik dengan apa yang dimiliki baru dilakukan “usahawan” atau “wiraswasta”. Pandangan ini tidakah tepat, dikarenakan jiwa dan sikap kewirausahaan tidak hanya dimiliki oleh usahawan akan tetapi dimiliki oleh setiap orang yang berfikir kreatif dan bertindak inovatif baik kalangan usahawan maupun masyarakat umum seperti petani, karyawan, pegawai pemerintah, mahasiswa, guru, maupun pimpinan organisasi lainnya (Suryana, 203:1).

Kewirausahaan tidak hanya bakat bawaan sejak lahir atau urusan pengalaman lapangan, tetapi juga dapat dipelajari dan diajarkan. Seseorang yang memiliki bakat kewirausahaan dapat mengembangkan bakatnya melalui pendidikan dan pelatihan. Untuk lebih mengetahui lebih dalam mengenai kewirausahaan, perlu untuk kita pahami apa itu kewirausahaan?

Dari segi etimologi (suku kata), wirausaha dapat diartikan sebagai: “wira” yaitu pejuang, pahlawan, manusia unggul, teladan, berbudi luhur, gagah berani, dan berwatak agung. “usaha” yaitu perbuatan, bekerja, berbuat sesuatu. Dengan mengacu pada arti kata wira dan usaha, maka dapat dirangkai pengertian wirausaha ialah manusia unggul yang berbuat atau bekerja, dan menghasilkan sesuatu. Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, “Wirausaha adalah orang yang pandai atau berbakat mengenali produk baru, menentukan cara produksi produk baru, menyusun operasi untuk mengadakan produk baru, mengatur permodalan operasinya serta memasarkannya”. Pengertian lain kewirausahaan berdasarkan lampiran Keputusan Menteri Koperasi dan Pembinaan Pengusaha Kecil Nomor 961/KEP/M/XI/1995: “Kewirausahaan adalah semangat, sikap, perilaku dan kemampuan seseorang dalam menangani usaha atau kegiatan yang mengarah pada upaya mencari, menciptakan serta menerapkan cara kerja, teknologi, dan produk baru dengan meningkatkan efisiensi dalam rangka memberikan pelayanan yang lebih baik dan atau memperoleh keuntungan yang lebih besar.

Thomas Zimmerer (1996) menjelaskan bahwa kewirausahaan adalah hasil dari suatu kedisiplinan serta proses sistematis penerapan kreativitas dan inovasi dalam memenuhi kebutuhan dan peluang pasar (dalam Echdar Saban, 2013: 2).  Suryana (2003: 1) mendefenisikan kewirausahaan sebagai kemampuan kreatif dan inovatif yang dijadikan dasar, kiat, dan sumber daya untuk mencari peluang menuju sukses. Kristanto Heru (2009:3) mendefenisikan kewirausahaan sebagai ilmu, seni, maupun perilaku, sifat, ciri dan watak seseorang yang memiliki kemampuan dalam mewujudkan gagasan inovatif ke dalam dunia nyata secara kreatif guna menciptakan nilai tambah agar mampu bersaing dengan tujuan menciptakan kemakmuran individu dan masyarakat.

Penulis sendiri berpendapat bahwa kewirausahaan ialah suatu proses perumusan ide, gagasan, dalam mengolah sumber daya yang ada oleh seseorang dengan kreativitas yang dimilikinya untuk mencapai tujuan yang diharapkan, dan tentunya dapat berguna bagi kehidupan bermasyarakat.

B.   Konsep Diri Wirausahawan
Wirausahawan merupakan seseorang yang memiliki kreativitas atas suatu bisnis baru dan memiliki keberanian untuk menanggung resiko dan ketidakpastian yang bertujuan untuk mencapai laba dan pertumbuhan usaha berdasarkan identifikasi peluang dan mampu mengolah sumber daya dan modal dengan baik.
Wirausahan adalah orang yang berani mendobrak system ekonomi yang ada dengan memperkenalkan barang/jasa yang baru, dengan konsep organisasi dan manajerial yang mampu bersaing.  Wirausahawan juga merupakan orang-orang yang mampu melihat dan menilai setiap peluang (kesempatan-kesempatan) yang ada dan memastikan tindakan yang tepat untuk mencapai tujuan.
Untuk menjadi seorang wirausahawan penting untuk memahami konsep diri sendiri. Konsep diri dimulai dengan pengenalan terhadap diri sendiri, tentang bagaimana seseorang melihat/memandang dirinya. Jika seseorang memandang dirinya sebagai seorang wirausahawan, maka tentunya ia akan menjadi seorang wirausahawan. Sebaliknya jika dalam pikirannya ia tidak menganggap dirinya sebagai seorang wirausahawan, maka sejauh usahanya pasti akan mengalami kegagalan.
Sebelum melangkah lebih jauh, penting untuk kita mengetahui Cashflow quadrant. Kiyosai menjelaskan bahwa seseorang dapat dibagi dalam empat kuadran berdasarkan aliran uang (cashflow) yang mereka miliki.
Gambar II.1. Bagan Konsep The Cashflow Quadrant

Kuadrant kiri merupakan budak uang, artinya bahwa orang-orang yang berada dalam kuadrant kiri, hidupnya memiliki pola rutin, yakni bangun, bekerja, membayar tagihan. Ada kerja keras yang dilakukan untuk mendapatkan uang (income). Contoh: karyawan (employee) dan dokter, pengacara (self employed). Kuadrant kanan adalah majikan uang. Orang-orang yang berada dalam kuadran kanan hidupnya dikejar-kejar oleh uang dan memiliki banyak waktu luang. Contoh pemilik bisnis/usaha, investor (penanam modal) (dalam Supriyanto & Kusrianto, 2014: 23).
Bagaimana kita memandang diri kita saat ini? Berada pada posisi mana, dan ingin berada pada posisi yang mana? Semuanya tergantung konsep diri masing-masing. Ketika kita berfikir bahwa kita adalah seorang yang mampu untuk berada dalam kuadran kanan, maka tidak mustahil untuk mewujudkannya.
Sama halnya dengan keinginan untuk menjadi wirausahawan, dalam berwirausaha penting juga untuk memaknai konsep kewirausahaan.  Konsep kewirausahaan adalah cara pandanh terhadap kenyataan dari suatu usaha yang memilki nilai dan sikap serta perilaku usaha.

Gambar II.2. Konsep Kewirausahawan


Ketika seorang memutuskan untuk berwirausaha, maka konsep usaha yang dipikirkan haruslah didukung oleh konsep dirinya. Bagaimana pengetahuan, keterampilan dan kemampuan manajerial bisa menjadi faktor yang saling melengkapi. Pengetahuan yang dimiliki akan menggerakkan seseorang untuk memahami bentuk-bentuk bisnis atau usaha yang tepat dengan dirinya. Keterampilan yang dimiliki akan membantu seseorang dalam menciptakan produk barang/jasa yang akan dijualnya. Kemampuan manajerial yang baik, akan membantu dalam mengelola perbedaan, pemasaran, sumber daya, hingga resiko yang muncul.

C.     Paradigma kewirausahaan
Paradigma adalah visi kita terhadap realita. Untuk mencapai visi maka diperlukan norma, sistem nilai dan keyakinan yang akan menjadi landasan kita berperilaku. Tiap-tiap individu memiliki visi yang bermacam-macam. Ada yang ingin menjadi entrepreneur, ada yang ingin menjadi pendidik, ada yang ingin menjadi birokrat, dll. Apabila kita menetapkan visi ada 3 elemen kunci yang perlu diperhatikan (dalam Supriyanto & Kusrianto, 2014: 30):
         To be : ingin menjadi apa
         To do : ingin melakukan apa
         To have : ingin memiliki apa
Untuk mencapai visi, maka ada 3 periode waktu yang juga perlu diperhatikan:
         Lifetime purpose: apa yang ingin kita  capai dalam kurun waktu kehidupan kita
         Strategic plan: apa yang ingin kita capai dalam kurun waktu 5-10 tahun dari sekarang
         New year resolution: apa yang ingin kita capai dalam kurun waktu satu tahun kedepan.

D.    Orientasi calon wirausaha
Orientasi yang dimiliki wirausahawan tentu saja untuk mencapai visi yang telah ditentukan. Pencapaian visi, akan menjadikan seseorang mencapai (dalam Supriyanto & Kusrianto, 2014:38):
Ø  Kemenangan pribadi
Merujuk pada tujuan akhir (visi), artinya semua yang dikerjakan, haruslah berdasarkan pada pencapaian tujuan tersebut. Walau dengan modal yang cukup kecil sampai yang sedang namun segera direalisasikan ide yang ada, maka akan memungkinkan unutk mencapai sesuatu yang besar di masa depan. Penting untuk memahami bahwa wirausahawan patut memiliki mimpi besar, dan berani untuk melangkah meskipun dimulai dengan langkah kecil, karena ketekunan mampu mewujudkan impian.
Ø  Kemenangan publik
Berfikir menang, artinya memperoleh keuntungan, dimana orang lain (pelanggan) juga memperoleh keuntungan tidak merasa rugi. Untuk mencapai kemenangan public, penting untuk kita mendengarkan dan mencoba memahami kebutuhan dan harapan pelanggan, sehingga produk barang/jasa akan sesuai dengan harapannya. Selain itu, dengan bekerja sama dengan orang lain akan membantu kita mencapai yang dicita-citakan.

Ø  Pembaruan
Berfikir kreatif artinya kita bisa menciptakan sesuatu yang baru.  Berbekal krativitas, maka aka nada penemuan-penemuan baru yang bisa menimbulkan keunikan tersendiri dalm usaha yang dimiliki.

E.    Analisis seorang wirausaha

Analisis keberhasilan seorang Entrepreneur ialah memperhatikan faktor keberhasilan dan kegagalan dengan faktor dari dalam dan luar diri entrepreneur.
Gambar II.3. Analisis diri seorang wirausahawan


Dari gambar di atas menggambarkan bahwa seseorang yang memiliki kemampuan dan kemauan, serta didukung dengan adanya peluang maka akan menjadi wirausahawan yang sukses. Sebalinya jika kelemahan yang dimiliki serta adanya hambatan/resiko yang tak bisa di kelola dengan baik, maka sudah pasti wirausahawan akan mengalami kegagalan (dalam Supriyanto & Kusrianto, 2014: 43):
 
 
F. Keuntungan dan Kerugian Menjadi Entrepreneur 

Dalam berwirausaha, setiap orang tentu saja mengharapkan akan memperoleh keuntungan. Adapun keuntungan kewirausahaan, yaitu:

·         Pengelolaan yang bebas dan tidak terikat, menjadikan seorang wirausaha sebagai bos yang penuh kepuasan.

·         Tantangan awal dan perasaan motif berpartisipasi yang tinggi merupakan hal yang menggembirakan (memicu adrenalin, perasaan puas). Dengan perasaan ini maka setiap peluang yang muncul, wirausaha akan lngsung mengembangkan konsep usaha yang dapat menghasilkan keuntungan sangat memotivasi untuk terus berusaha.

·         Kontrol finansial; wirausahawan bebas untuk mengelola keuangan dan merasa kekayaan adalah milik sendiri.

 

Dalam berwirausaha selain keuntungan, ada juga kerugian yang bisa terjadi, yaitu:

·         Pengorbanan personal; dalam memulai usaha, tentu saja ada pengeluaran pribadi yang terjadi (baik uang, waktu, dan tenaga). Memulai usaha, di tahun-tahun awal wirausaha akan menjadi lebih sibuk dan bekerja dengan waktu yang relative lama (berbeda dengan pegawai tetap perusahaan). Sehingga waktu untuk keluarga, rekreasi akan menjadi lebih sedikit. Tak hanya itu, ada modal yang dikeluarkan untuk memulai usaha.

·         Beban tanggung jawab; Wirausaha harus mampu mengelola semua fungsi bisnis, baik pemasaran, keuangan, personil, pengadaan dan pelatihan.

·         Kecilnya margin keuntungan dan kemungkinan gagal; Kecilnya keuntungan tergantung dari jenis usaha. Jika usaha yang dimulai adalah kecil maka keuntungannya juga akan kecil. Namun ketekunan dapat menjadikan usaha menjadi berkembang. Namun rasa tidak percaya diri dan pesimisme dapat menjadikan usaha yang dibangun menjadi gagal.

 

No comments:

Post a Comment