A. Defenisi Kewirausahaan
Dalam
kehidupan sehari-hari, masih banyak orang yang menafsirkan dan memandang bahwa
kewirausahaan identik dengan apa yang dimiliki baru dilakukan “usahawan” atau
“wiraswasta”. Pandangan ini tidakah tepat, dikarenakan jiwa dan sikap
kewirausahaan tidak hanya dimiliki oleh usahawan akan tetapi dimiliki oleh
setiap orang yang berfikir kreatif dan bertindak inovatif baik kalangan
usahawan maupun masyarakat umum seperti petani, karyawan, pegawai pemerintah,
mahasiswa, guru, maupun pimpinan organisasi lainnya (Suryana, 203:1).
Kewirausahaan
tidak hanya bakat bawaan sejak lahir atau urusan pengalaman lapangan, tetapi
juga dapat dipelajari dan diajarkan. Seseorang yang memiliki bakat
kewirausahaan dapat mengembangkan bakatnya melalui pendidikan dan pelatihan.
Untuk lebih mengetahui lebih dalam mengenai kewirausahaan, perlu untuk kita
pahami apa itu kewirausahaan?
Dari
segi etimologi (suku kata), wirausaha dapat diartikan sebagai: “wira” yaitu
pejuang, pahlawan, manusia unggul, teladan, berbudi luhur, gagah berani, dan
berwatak agung. “usaha” yaitu perbuatan, bekerja, berbuat sesuatu. Dengan
mengacu pada arti kata wira dan usaha, maka dapat dirangkai pengertian
wirausaha ialah manusia unggul yang berbuat atau bekerja, dan menghasilkan
sesuatu. Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, “Wirausaha adalah orang yang
pandai atau berbakat mengenali produk baru, menentukan cara produksi produk
baru, menyusun operasi untuk mengadakan produk baru, mengatur permodalan
operasinya serta memasarkannya”. Pengertian lain kewirausahaan berdasarkan
lampiran Keputusan Menteri Koperasi dan Pembinaan Pengusaha Kecil Nomor
961/KEP/M/XI/1995: “Kewirausahaan
adalah semangat, sikap, perilaku dan kemampuan seseorang dalam menangani usaha
atau kegiatan yang mengarah pada upaya mencari, menciptakan serta menerapkan
cara kerja, teknologi, dan produk baru dengan meningkatkan efisiensi dalam
rangka memberikan pelayanan yang lebih baik dan atau memperoleh keuntungan yang
lebih besar”.
Thomas
Zimmerer (1996) menjelaskan bahwa kewirausahaan adalah hasil dari suatu
kedisiplinan serta proses sistematis penerapan kreativitas dan inovasi dalam
memenuhi kebutuhan dan peluang pasar (dalam Echdar Saban, 2013: 2). Suryana (2003: 1) mendefenisikan
kewirausahaan sebagai kemampuan kreatif dan inovatif yang dijadikan dasar,
kiat, dan sumber daya untuk mencari peluang menuju sukses. Kristanto Heru
(2009:3) mendefenisikan kewirausahaan sebagai ilmu, seni, maupun perilaku,
sifat, ciri dan watak seseorang yang memiliki kemampuan dalam mewujudkan
gagasan inovatif ke dalam dunia nyata secara kreatif guna menciptakan nilai
tambah agar mampu bersaing dengan tujuan menciptakan kemakmuran individu dan
masyarakat.
Penulis
sendiri berpendapat bahwa kewirausahaan ialah suatu proses perumusan ide,
gagasan, dalam mengolah sumber daya yang ada oleh seseorang dengan kreativitas
yang dimilikinya untuk mencapai tujuan yang diharapkan, dan tentunya dapat
berguna bagi kehidupan bermasyarakat.
B. Konsep Diri Wirausahawan
Wirausahawan merupakan
seseorang yang memiliki kreativitas atas suatu bisnis baru dan memiliki
keberanian untuk menanggung resiko dan ketidakpastian yang bertujuan untuk
mencapai laba dan pertumbuhan usaha berdasarkan identifikasi peluang dan mampu
mengolah sumber daya dan modal dengan baik.
Wirausahan adalah orang yang berani
mendobrak system ekonomi yang ada dengan memperkenalkan barang/jasa yang baru,
dengan konsep organisasi dan manajerial yang mampu bersaing. Wirausahawan juga merupakan orang-orang yang
mampu melihat dan menilai setiap peluang (kesempatan-kesempatan) yang ada dan
memastikan tindakan yang tepat untuk mencapai tujuan.
Untuk menjadi seorang
wirausahawan penting untuk memahami konsep diri sendiri. Konsep diri dimulai dengan pengenalan terhadap diri
sendiri, tentang bagaimana seseorang melihat/memandang dirinya.
Jika
seseorang memandang dirinya sebagai seorang wirausahawan, maka tentunya ia akan
menjadi seorang wirausahawan. Sebaliknya jika dalam pikirannya ia tidak
menganggap dirinya sebagai seorang wirausahawan, maka sejauh usahanya pasti
akan mengalami kegagalan.
Sebelum melangkah lebih
jauh, penting untuk kita mengetahui Cashflow quadrant. Kiyosai menjelaskan
bahwa seseorang dapat dibagi dalam empat kuadran berdasarkan aliran uang
(cashflow) yang mereka miliki.
Gambar II.1. Bagan
Konsep The Cashflow Quadrant
Kuadrant
kiri
merupakan budak uang, artinya bahwa orang-orang yang berada dalam kuadrant
kiri, hidupnya memiliki pola rutin, yakni bangun, bekerja, membayar tagihan. Ada
kerja keras yang dilakukan untuk mendapatkan uang (income). Contoh: karyawan
(employee) dan dokter, pengacara (self employed). Kuadrant kanan adalah majikan uang. Orang-orang yang berada dalam
kuadran kanan hidupnya dikejar-kejar oleh uang dan memiliki banyak waktu luang.
Contoh pemilik bisnis/usaha, investor (penanam modal) (dalam Supriyanto &
Kusrianto, 2014: 23).
Bagaimana kita
memandang diri kita saat ini? Berada pada posisi mana, dan ingin berada pada
posisi yang mana? Semuanya tergantung konsep diri masing-masing. Ketika kita
berfikir bahwa kita adalah seorang yang mampu untuk berada dalam kuadran kanan,
maka tidak mustahil untuk mewujudkannya.
Sama halnya dengan
keinginan untuk menjadi wirausahawan, dalam berwirausaha penting juga untuk
memaknai konsep kewirausahaan. Konsep kewirausahaan
adalah cara pandanh terhadap kenyataan dari suatu usaha yang memilki nilai dan
sikap serta perilaku usaha.
Gambar II.2.
Konsep Kewirausahawan
Ketika seorang
memutuskan untuk berwirausaha, maka konsep usaha yang dipikirkan haruslah
didukung oleh konsep dirinya. Bagaimana pengetahuan, keterampilan dan kemampuan
manajerial bisa menjadi faktor yang saling melengkapi. Pengetahuan yang
dimiliki akan menggerakkan seseorang untuk memahami bentuk-bentuk bisnis atau
usaha yang tepat dengan dirinya. Keterampilan yang dimiliki akan membantu
seseorang dalam menciptakan produk barang/jasa yang akan dijualnya. Kemampuan manajerial
yang baik, akan membantu dalam mengelola perbedaan, pemasaran, sumber daya,
hingga resiko yang muncul.
C.
Paradigma kewirausahaan
Paradigma
adalah visi kita terhadap realita. Untuk mencapai visi maka diperlukan norma,
sistem nilai dan keyakinan yang akan menjadi landasan kita berperilaku.
Tiap-tiap
individu memiliki visi yang bermacam-macam. Ada yang ingin menjadi
entrepreneur, ada yang ingin menjadi pendidik, ada yang ingin menjadi birokrat,
dll. Apabila kita menetapkan visi ada 3 elemen kunci yang perlu diperhatikan (dalam Supriyanto
& Kusrianto, 2014: 30):
•
To
be
: ingin menjadi apa
•
To
do
: ingin melakukan apa
•
To
have
: ingin memiliki apa
Untuk
mencapai visi, maka ada 3 periode waktu yang juga perlu diperhatikan:
•
Lifetime
purpose:
apa yang ingin kita capai dalam kurun
waktu kehidupan kita
•
Strategic
plan:
apa yang ingin kita capai dalam kurun waktu 5-10 tahun dari sekarang
•
New
year resolution: apa yang ingin kita capai dalam kurun
waktu satu tahun kedepan.
D.
Orientasi calon wirausaha
Orientasi yang dimiliki
wirausahawan tentu saja untuk mencapai visi yang telah ditentukan. Pencapaian visi,
akan menjadikan seseorang mencapai (dalam Supriyanto & Kusrianto, 2014:38):
Ø
Kemenangan pribadi
Merujuk
pada tujuan akhir (visi), artinya semua yang dikerjakan, haruslah berdasarkan
pada pencapaian tujuan tersebut. Walau dengan modal yang cukup kecil sampai
yang sedang namun segera direalisasikan ide yang ada, maka akan memungkinkan
unutk mencapai sesuatu yang besar di masa depan. Penting untuk memahami bahwa
wirausahawan patut memiliki mimpi besar, dan berani untuk melangkah meskipun
dimulai dengan langkah kecil, karena ketekunan mampu mewujudkan impian.
Ø
Kemenangan publik
Berfikir
menang, artinya memperoleh keuntungan, dimana orang lain (pelanggan) juga
memperoleh keuntungan tidak merasa rugi. Untuk mencapai kemenangan public,
penting untuk kita mendengarkan dan mencoba memahami kebutuhan dan harapan
pelanggan, sehingga produk barang/jasa akan sesuai dengan harapannya. Selain itu,
dengan bekerja sama dengan orang lain akan membantu kita mencapai yang
dicita-citakan.
Ø
Pembaruan
Berfikir
kreatif artinya kita bisa menciptakan sesuatu yang baru. Berbekal krativitas, maka aka nada penemuan-penemuan
baru yang bisa menimbulkan keunikan tersendiri dalm usaha yang dimiliki.
E.
Analisis seorang wirausaha
Analisis
keberhasilan seorang Entrepreneur ialah memperhatikan faktor keberhasilan dan
kegagalan dengan faktor dari dalam dan luar diri entrepreneur.
Gambar II.3.
Analisis diri seorang wirausahawan
Dari gambar di atas
menggambarkan bahwa seseorang yang memiliki kemampuan dan kemauan, serta
didukung dengan adanya peluang maka akan menjadi wirausahawan yang sukses. Sebalinya
jika kelemahan yang dimiliki serta adanya hambatan/resiko yang tak bisa di
kelola dengan baik, maka sudah pasti wirausahawan akan mengalami kegagalan (dalam
Supriyanto & Kusrianto, 2014: 43):
F. Keuntungan dan Kerugian Menjadi Entrepreneur
Dalam berwirausaha, setiap
orang tentu saja mengharapkan akan memperoleh keuntungan. Adapun keuntungan
kewirausahaan, yaitu:
·
Pengelolaan yang bebas dan tidak terikat,
menjadikan seorang wirausaha sebagai bos yang penuh kepuasan.
·
Tantangan awal dan perasaan motif berpartisipasi
yang tinggi merupakan hal yang menggembirakan (memicu adrenalin, perasaan
puas). Dengan perasaan ini maka setiap peluang yang muncul, wirausaha akan
lngsung mengembangkan konsep usaha yang dapat menghasilkan keuntungan sangat
memotivasi untuk terus berusaha.
·
Kontrol finansial; wirausahawan bebas untuk
mengelola keuangan dan merasa kekayaan adalah milik sendiri.
Dalam berwirausaha selain keuntungan, ada juga
kerugian yang bisa terjadi, yaitu:
·
Pengorbanan personal; dalam memulai usaha, tentu
saja ada pengeluaran pribadi yang terjadi (baik uang, waktu, dan tenaga).
Memulai usaha, di tahun-tahun awal wirausaha akan menjadi lebih sibuk dan
bekerja dengan waktu yang relative lama (berbeda dengan pegawai tetap
perusahaan). Sehingga waktu untuk keluarga, rekreasi akan menjadi lebih
sedikit. Tak hanya itu, ada modal yang dikeluarkan untuk memulai usaha.
·
Beban tanggung jawab; Wirausaha harus mampu
mengelola semua fungsi bisnis, baik pemasaran, keuangan, personil, pengadaan
dan pelatihan.
·
Kecilnya margin keuntungan dan kemungkinan
gagal; Kecilnya keuntungan tergantung dari jenis usaha. Jika usaha yang
dimulai adalah kecil maka keuntungannya juga akan kecil. Namun ketekunan dapat
menjadikan usaha menjadi berkembang. Namun rasa tidak percaya diri dan
pesimisme dapat menjadikan usaha yang dibangun menjadi gagal.
No comments:
Post a Comment