A.
Pengertian
Analisis Data
Data adalah data. Data
baru akan bermakna jika ditafsirkan dan dianalisis sesuai pada konteksnya. Dalam
penelitian kualitatif, data diperoleh dari berbagai sumber, dengan menggunakan
teknik pengumpulan data yang bermacam-macam (triangulasi), dan dilakukan secara
terus-menerus sampai datanya jenuh.
Dengan pengamatan yang terus –menerus
mengakibatkan variasi data tinggi sekali. Data yang diperoleh pada umumnya
adalah data kualitatif (walaupun tidak menolak data kuantitatif), sehingga
teknik analisis data yang digunakan belum ada polanya yang jelas. Oleh karena
itu sering mengalami kesulitan dalam melakukan analisis.
Miles & Huberman
(1984) menyatakan bahwa yang paling serius dan sulit dalam analisis data
kualitatif adalah karena metode analisis belum dirumuskan dengan baik. Susan
Stainback mengungkapkan bahwa belum ada panduan dalam penelitian kualitatif
untuk menemukan berapa banyak data dan analisis yang diperlukan untuk mendukung
kesimpulan atau teori. Nasution menyatakan bahwa melakukan analisis adalah
pekerjaan yang sulit, memerlukan kerja keras, daya kreatif serta kemampuan
intelektual yang tinggi; tidak ada cara tertentu yang dapat diikuti untuk
menganalisis, sehingga peneliti harus mencari sendiri metode yang dirasakan
cocok dengan sifat penelitiannya.
Danim Sudarwan (2013:
209) mendefenisikan analisis data sebagai proses pencandraan (deskripsi) dan
penyusunan transkrip interview serta
material lain, sehingga dapat menyempurnakan pemahaman terhadap data tersebut
dan kemudian menyajikannya kepada orang lain dengan lebih jelas. Analisis data
juga dapat dimaknai sebagai proses menyikapi data, menyusun, memilah dan
mengolahnya ke dalam satu susunan yang sistematis dan bermakna (Ibrahim, 2015:
103). Analisis data adalah proses
mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil
wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga dapat dengan mudah
difahami, dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain (Bogdan,
dalam Sugiyono, 2016: 88). Susan Stainback mengemukakan bahwa analisis data
merupakan hal yang kritis dalam proses penelitian kualitatif. Sugiyono (2016:89)
menyimpulkan bahwa analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara
sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan
dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan
ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, mamilih mana
yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah
dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.
Berdasarkan gambaran
pengertian analisis data di atas, maka penulis mengemukakan bahwa analisis data
merupakan suatu proses penyusunan data yang telah ditemukan peneliti melalui
teknik pengumpulan data secara sistematis, dan menerjemahkannya kedalam suatu
kesimpulan yang lebih jelas dan dapat dimengerti oleh peneliti dan orang lain.
B.
Prosedur
Analisis Data
Analisis data dalam
penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum memasuki lapangan, selama di
lapangan, dan setelah selesai di lapangan. Analisis telah dimulai sejak
peneliti merumuskan dan menjelaskan masalah, sebelum turun ke lapangan hinggan
penulisan hasil penelitian.
1. Analisis
sebelum di lapangan
Analisis data dalam
penelitian kualitatif telah dilakukan sebelum peneliti memasuki lapangan. Analisis
dilakukan terhadap data hasil studi pendahuluan, atau data sekunder, yang
digunakan untuk menentukan fokus penelitian. Namum perlu diingat bahwa fokus
penelitian masih bersifat sementara dan dapat berkembang setelah peneliti masuk
sendiri ke lapangan. Bagi peneliti kualitatif yang fokus penelitian pada saat
penyusunan proposal tidak ada di lapangan, maka peneliti akan merubah fokusnya
sesuai dengan keadaan sebenarnya yang ditemui di lapangan.
2. Analisis
selama di lapangan
Analisis data dalam
penelitian kualitatif, dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung, dan
setelah selesai pengumpulan dalam periode waktu tertentu. Pada saat wawancara
peneliti sudah melakukan analisis terhadap jawaban dari nara sumber yang
diwawancarai. Bila jawaban yang didapat belum memuaskan maa peneliti akan
melanjutkan pertanyaan lagi, sampai tahap diperoleh data yang kredibel.
3. Analisis
setelah di lapangan
Bentuk analisis data
bagi peneliti tidak selesai setelah berada di lapangan, namu juga berkelanjutan
hingga ke meja kerjanya sendiri. Melalui proses pendataan yang panjang di
lapangan,setibanya di meja kerja, peneliti akan menyaksikan kumpulan catatan
data lapangan yang banyak, bervariasi, saling melengkapi atau bahkan saling
bertentangan. Bagi peneliti pemula
(bahkan peneliti yang telah berpengalaman sekalipun), data penelitian yang
diperoleh dari lapangan dapat membuatnya bingung, dan tidak jelas harus
memulainya dari mana. Peneliti dapat mulai untu mengklasifikasikan setiap kata
kunci yang terjadi ketika berada di lapangan. Contoh, dengan mengklasifikasikan
kata kunci: defenisi situasi, cara berfikir nara sumber, aktivitas narasumber,
dll. Hal ini bertujuan agar mempermudah peneliti dalam memutuskan dan
memasukkan data ke dalam suatu kategori. Juga membantu peneliti dalam
menghindari overlap (tumpang tindih) antara satu unit data dan yang lainnya.
C.
Penafsiran
dan Evaluasi
Dalam dunia teologi dan
keagamaan, proses selanjutnya dari analisis data adalah penafsiran dan
evaluasi. Pada bagian penafsiran dan evaluasi, peneliti menjelaskan cara
penafsiran yang telah ditentukan dan akan dilakukan. Penarikan kesimpulan yang
akan dikenakan pada subjek atau objek penelitian berdasarkan hasil analisis
atas data harus dijelaskan.
Penafsiran dan
penyajian adalah dua hal yang tidak terpisahkan. Dapat dikatakan bahwa orang
menafsirkan pada waktu menyajikan hasil. Oleh sebab itu peneliti harus menyatakan
rencana jawaban atas setiap pertanyaan penelitian karena tidak ada uji
hipotesis. Salah satu dari sekian banyak cara menyajikan hasil penafsiran
kualitatif adalah penuturan. Peneliti teologi dan keagamaan perlu untuk
memperhatikan beberapa saran terkait dengan penuturan (Creswell, 1994):
- Tunjukkan bentuk
yang dipakai. Pada tingkat makro, bentuk tersebut antara lain: penuturan
realis/penuturan langsung/gambaran apa adanya, yaitu peneliti memperoleh
gambaran tanpa informasi sebelumnya. Pada tingkat mikro, antara lain
mengutip teks-teks yang berupa percakapan, menyajikan teks informasi dalam
bentuk tabular seperti matrik, menggunakan sebutan-sebutan yang dipakai
informan, memakai inden untuk menyatakan pentingnya ucapan nara sumber, dll.
- Nyatakan bagaimana
hasil penuturan akan diakaitakn dengan rancangan penelitian. Misalnya dalam
kasus fenomenologi, hasil penelitian biasanya terdiri atas kisah
penggambaran atau sebuah sintesis pengetahuan mengenai gejala yang
diselidiki.
- Gambarkan bagaimana
kisah yang dihasilkan itu akan dibandingkan dengan teori-teori dan
kepustakaan umum mengenai topik terkait. Kepustakaan dan teori dipakai
sebagai pembanding kisah.
No comments:
Post a Comment