Sunday, October 1, 2017

TEKNIK ANALISIS DATA

 
A.    Pengertian Analisis Data
Data adalah data. Data baru akan bermakna jika ditafsirkan dan dianalisis sesuai pada konteksnya. Dalam penelitian kualitatif, data diperoleh dari berbagai sumber, dengan menggunakan teknik pengumpulan data yang bermacam-macam (triangulasi), dan dilakukan secara terus-menerus sampai datanya jenuh.
Dengan pengamatan yang terus –menerus mengakibatkan variasi data tinggi sekali. Data yang diperoleh pada umumnya adalah data kualitatif (walaupun tidak menolak data kuantitatif), sehingga teknik analisis data yang digunakan belum ada polanya yang jelas. Oleh karena itu sering mengalami kesulitan dalam melakukan analisis.
Miles & Huberman (1984) menyatakan bahwa yang paling serius dan sulit dalam analisis data kualitatif adalah karena metode analisis belum dirumuskan dengan baik. Susan Stainback mengungkapkan bahwa belum ada panduan dalam penelitian kualitatif untuk menemukan berapa banyak data dan analisis yang diperlukan untuk mendukung kesimpulan atau teori. Nasution menyatakan bahwa melakukan analisis adalah pekerjaan yang sulit, memerlukan kerja keras, daya kreatif serta kemampuan intelektual yang tinggi; tidak ada cara tertentu yang dapat diikuti untuk menganalisis, sehingga peneliti harus mencari sendiri metode yang dirasakan cocok dengan sifat penelitiannya.
Danim Sudarwan (2013: 209) mendefenisikan analisis data sebagai proses pencandraan (deskripsi) dan penyusunan transkrip interview serta material lain, sehingga dapat menyempurnakan pemahaman terhadap data tersebut dan kemudian menyajikannya kepada orang lain dengan lebih jelas. Analisis data juga dapat dimaknai sebagai proses menyikapi data, menyusun, memilah dan mengolahnya ke dalam satu susunan yang sistematis dan bermakna (Ibrahim, 2015: 103). Analisis data adalah proses  mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga dapat dengan mudah difahami, dan temuannya dapat  diinformasikan kepada orang lain (Bogdan, dalam Sugiyono, 2016: 88). Susan Stainback mengemukakan bahwa analisis data merupakan hal yang kritis dalam proses penelitian kualitatif. Sugiyono (2016:89) menyimpulkan bahwa analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, mamilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.
Berdasarkan gambaran pengertian analisis data di atas, maka penulis mengemukakan bahwa analisis data merupakan suatu proses penyusunan data yang telah ditemukan peneliti melalui teknik pengumpulan data secara sistematis, dan menerjemahkannya kedalam suatu kesimpulan yang lebih jelas dan dapat dimengerti oleh peneliti dan orang lain.

B.     Prosedur Analisis Data
Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum memasuki lapangan, selama di lapangan, dan setelah selesai di lapangan. Analisis telah dimulai sejak peneliti merumuskan dan menjelaskan masalah, sebelum turun ke lapangan hinggan penulisan hasil penelitian. 
1.      Analisis sebelum di lapangan
Analisis data dalam penelitian kualitatif telah dilakukan sebelum peneliti memasuki lapangan. Analisis dilakukan terhadap data hasil studi pendahuluan, atau data sekunder, yang digunakan untuk menentukan fokus penelitian. Namum perlu diingat bahwa fokus penelitian masih bersifat sementara dan dapat berkembang setelah peneliti masuk sendiri ke lapangan. Bagi peneliti kualitatif yang fokus penelitian pada saat penyusunan proposal tidak ada di lapangan, maka peneliti akan merubah fokusnya sesuai dengan keadaan sebenarnya yang ditemui di lapangan.
2.      Analisis selama di lapangan
Analisis data dalam penelitian kualitatif, dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung, dan setelah selesai pengumpulan dalam periode waktu tertentu. Pada saat wawancara peneliti sudah melakukan analisis terhadap jawaban dari nara sumber yang diwawancarai. Bila jawaban yang didapat belum memuaskan maa peneliti akan melanjutkan pertanyaan lagi, sampai tahap diperoleh data yang kredibel.
3.      Analisis setelah di lapangan
Bentuk analisis data bagi peneliti tidak selesai setelah berada di lapangan, namu juga berkelanjutan hingga ke meja kerjanya sendiri. Melalui proses pendataan yang panjang di lapangan,setibanya di meja kerja, peneliti akan menyaksikan kumpulan catatan data lapangan yang banyak, bervariasi, saling melengkapi atau bahkan saling bertentangan.  Bagi peneliti pemula (bahkan peneliti yang telah berpengalaman sekalipun), data penelitian yang diperoleh dari lapangan dapat membuatnya bingung, dan tidak jelas harus memulainya dari mana. Peneliti dapat mulai untu mengklasifikasikan setiap kata kunci yang terjadi ketika berada di lapangan. Contoh, dengan mengklasifikasikan kata kunci: defenisi situasi, cara berfikir nara sumber, aktivitas narasumber, dll. Hal ini bertujuan agar mempermudah peneliti dalam memutuskan dan memasukkan data ke dalam suatu kategori. Juga membantu peneliti dalam menghindari overlap (tumpang tindih) antara satu unit data dan yang lainnya.

C.    Penafsiran dan Evaluasi
Dalam dunia teologi dan keagamaan, proses selanjutnya dari analisis data adalah penafsiran dan evaluasi. Pada bagian penafsiran dan evaluasi, peneliti menjelaskan cara penafsiran yang telah ditentukan dan akan dilakukan. Penarikan kesimpulan yang akan dikenakan pada subjek atau objek penelitian berdasarkan hasil analisis atas data harus dijelaskan.
Penafsiran dan penyajian adalah dua hal yang tidak terpisahkan. Dapat dikatakan bahwa orang menafsirkan pada waktu menyajikan hasil. Oleh sebab itu peneliti harus menyatakan rencana jawaban atas setiap pertanyaan penelitian karena tidak ada uji hipotesis. Salah satu dari sekian banyak cara menyajikan hasil penafsiran kualitatif adalah penuturan. Peneliti teologi dan keagamaan perlu untuk memperhatikan beberapa saran terkait dengan penuturan (Creswell, 1994):
  1. Tunjukkan bentuk yang dipakai. Pada tingkat makro, bentuk tersebut antara lain: penuturan realis/penuturan langsung/gambaran apa adanya, yaitu peneliti memperoleh gambaran tanpa informasi sebelumnya. Pada tingkat mikro, antara lain mengutip teks-teks yang berupa percakapan, menyajikan teks informasi dalam bentuk tabular seperti matrik, menggunakan sebutan-sebutan yang dipakai informan, memakai inden untuk menyatakan pentingnya ucapan nara sumber, dll.
  2. Nyatakan bagaimana hasil penuturan akan diakaitakn dengan rancangan penelitian. Misalnya dalam kasus fenomenologi, hasil penelitian biasanya terdiri atas kisah penggambaran atau sebuah sintesis pengetahuan mengenai gejala yang diselidiki.
  3. Gambarkan bagaimana kisah yang dihasilkan itu akan dibandingkan dengan teori-teori dan kepustakaan umum mengenai topik terkait. Kepustakaan dan teori dipakai sebagai pembanding kisah.


No comments:

Post a Comment