Sunday, September 24, 2017

METODE PENELITIAN

 
A.    Metode Penelitian
Dalam penelitian, metode penelitian dikenal sebagai cara-cara yang ditempuh, dilakukan atau dilalui dalam penelitian. Hal ini sesuai dengan makna metode yang berasal dari dua kata: meta dan hodos. Meta berarti jalan, dan Hodos berarti dilalui atau ditempuh. Dengan demikian metode dapat diartikan sebagai cara atau jalan yang ditempuh.
Dalam konteks penelitian, metode dapat dimaknai sebagai cara-cara yang dilakukan dalam menempuh suatu penelitian. Artinya bahwa setiap penelitian akan menggunakan cara-cara tertentu yang akan ditempuh atau dilakukan dalam proses penelitiannya, baik sebagai tahapan, proses, maupun tujuan akhir.
Sebagai tahapan, artinya ada cara-cara tertentu yang terkait dengan tahapan, antara lain: tahapan pra lapangan, tahapan lapangan, hingga tahapan pasca lapangan. Sebagai proses artinya ada cara-cara tertentu  yang terkait dengan proses penelitian dari awal hingga akhir, antara lain: merencanakan, memilih fokus, mengumpulkan data, menganalisis, dan menulis laporan. Sebagai hasil artinya ada cara-cara tertentu tertentu yang terkait dengan tujuan penelitian untuk mendeskripsikan, menguji coba (eksperimen), menjelajah, dan menemukan lebih lanjut (eksploratif) atau memperjelas bahkan memprediksi (eksplanatif), dan menemukan pemecahan masalah (problem solving), dan sebagainya.
Meskipun ada beragam kemungkinan pilihan metode dalam penelitian, namun dalam bab ini akan dijelaskan secara khusus empat metode yang sering digunakan dalam penelitian, antara lain:
1.      Metode Deskriptif
Metode deskriptif dapat diartikan sebagai metode sebuah penelitian yang melukiskan variabel demi variabel satu demi satu, dengan mengumpulkan data secara univarian, yang digunakan untuk mencari teori-teori tentatif, bukan menguji teori. Secara bahasa, deskriptif adalah cara kerja yang sifatnya menggambarkan, melukiskan, meringkaskan berbagai kondisi, situasi, atau berbagai variabel yang diamati.
Dalam konteks penelitian, metode deskriptif adalah cara kerja penelitian yang dimaksudkan untuk menggambarkan atau memaparkan keadaan suatu objek (realitas fenomena) secara apa adanya, sesuai dengan situasi dan kondisi pada saat penelitian itu dilakukan. Dengan demikian penelitian yang menggunakan metode deskriptif dimaksudkan untuk melukiskan, atau memaparkan realitas objek yang diteliti secara baik, utuh, jelas, dan sesuai dengan fakta yang tampak, tidak mengada-ada, apalagi memanipulasi variabel sebagaimana pada metode eksperimen (Ibrahim, 2015: 59).
2.      Metode Eksperimen
Metode eksperimen memerlukan cara kerja yang bersifat manipulatif. Artinya bahwa ada variabel penelitian yang dimanipulasi untuk menguji sebuah teori atau konsep yang dijalankan. Metode eksperimen ditujukan untuk meneliti hubungan sebab akibat dengan memanipulasi satu atau lebih variabel pada satu atau lebih kelompok eksperimental dan membandingkan hasilnya dengan kelompok kontrol yang tidak mengalami manipulasi. Metode eksperimen ditandai dengan tiga hal, yakni: manipulasi, observasi dan kontrol. Manipulasi adalah mengubah secara sistematis keadaan tertentu. Observasi adalah mengamati dan mengukur hasil manipulasi. Dan kontrol adalah kegiatan mengendalikan kondisi-kondisi penelitian ketika berlangsungnya manipulasi. Kontrol menjadi bagian yang penting dalam metode eksperimen, agar supaya manipulasi dan observasi tidak menghasilkan data yang meragukan. Dengan karakteristik ini, maka metode eksperimen sesungguhnya lebih sering digunakan dalam penelitian kuantitatif, meskipun dalam penelitian kualitatif juga dapat diterapkan (Ibrahim, 2015 60).
3.      Metode Eksploratif
Dalam konteks penelitian, eksploratif adalah salah satu dari metode (cara kerja) yang bisa digunakan dalam penelitian kualitatif. Dalam hal ini eksplorasi adalah usaha untuk membentuk pengertian umum dan awal terhadap suatu realitas yang diteliti, yang lebih mendalam dari sekedar penggambaran atau deskripsi. Metode eksplorasi dalam penelitian kualitatif adalah cara kerja penelitian yang dimaksudkan untuk menemukan lebih jauh dan mendalam terhadap kemungkinan-kemungkinan lain dari permasalahan yang diteliti (Ibrahim, 2015:61).
4.      Metode Eksplanatif
Metode eksplanatif merupakan suatu cara yang bermaksud menjelaskan kedudukan variabel-variabel yang diteliti serta menjelaskan hubungan antara satu variabel dengan variabel yang lain. Dalam konteks penelitian, metode eksplanasi merupakan cara kerja penelitian yang lebih bersifat spesifik, dalam bentuk penjabaran dan penjelasan aspek-aspek yang lebih detail dari variabel atau fokus penelitian yang diteliti. Eksplanasi juga merupakan metode lanjutan dari metode deskriptif, karena lebih rinci menjelaskan aspek variabel serta hubungan antar variabel dalam penelitian (Ibrahim, 2015: 61).

B.     Populasi dan Sampling
Berbicara tentang penelitian, tentu ada persoalan data di dalamnya, yang mengharuskan peneliti untuk memtikirkan tentang sumber datanya. Data merupakan bentuk jamak dari datum yang dalam bahasa latin bermakna “sesuatu yang diberikan”. Menurut Meolong (2006: 158), data adalah kata-kata atau tindakan yang relevan dengan penelitian. Bungin (2013: 123) menjelaskan bahwa data merupakan bahan keterangan tentang sesuatu objek penelitian yang berupa informasi dan fakta. Menurut Kaelan (2012:73) data adalah makna yang terkandung dalam objek material penelitian yang bersifat kompleks, ganda, dan holistik (dalam Ibrahim, 2015: 66). Ibrahim (2015:67) sendiri menjelaskan data sebagai segala bentuk informasi, fakta dan realita yang terkait atau relevan dengan apa yang dikaji/diteliti.
Dari rangkaian defenisi para ahli di atas, maka penulis menyimpulkan data sebagai sumber informasi yang berkaitan dengan penelitian yang dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya.
Berdasarkan data yang ada, peneliti harus mengambil keputusan mengenai populasi dan sampling. Dalam penelitian kualitatif populasi dan sampling tidak digunakan namun lebih terkait pada tempat (place), pelaku/orang (actors), dan aktivitas (activity) yang berinteraksi secara sinergis dan relevan dengan apa yang dikaji atau diteliti. Dalam penelitian kualitatif tidak menggunakan populasi, karena penelitian kualitatif berangkat dari kasus tertentu yang ada pada situasi sosial tertentu. Sampel dalam penelitian kualitatif bukan dinamakan responden namun sebagai nara sumber atau partisipan/informan.sampel dalam penelitian kualitatif disebut sebagai sampel teoritis, karena tujuan penelitian kualitatif adalah menghasilkan teori (Sugiyono, 2016: 297-298).
Pada penelitian kualitatif, peneliti memasuki situasi sosial tertentu, melakukan observasi dan wawancara kepada orang-orang yang dipandang tahu benar tentang situasi soasial tersebut. penentuan sumber data pada orang yang diwawancarai dilakukan secara purposive, yaitu dipilih dengan pertimbangan dan tujuan tertentu (Sugiyono, 2016: 299).
B.1. Teknik Pengambilan Sampel
Dalam penelitian kualitatif, teknik sampling yang sering digunakan adalah purposive sampling, dan snowball sampling. Purposive sampling merupakan teknik pengambilan sampel dengan pertimbangan tertentu. Snowball sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data yang awalnya sedikit namun lama-lama menjadi besar. Snowball sampling merupakan teknik multi tahap, dimulai dari sedikit orang kemudian membesar sehubungan dengan pergerakan penelitian. Snowball sampling kerap digunakan bersamaan dengan purposive sampling (Sugiyono, 2016: 300).
Penentuan sampel dalam penelitian kualitatif sangat berbeda dengan penentuan sampel dalam penelitian konvensional (kuantitatif). Penentuan sampel dalam penelitian kualitatif tidak didasarkan pada perhitungan statistik. Sampel yang dipilih berfungsi untuk mendapatkan informasi yang maksimum, bukan digeneralisasikan. Penentuan sampel dalam penelitian kualitatif dilakukan saat peneliti mulai memasuki lapangan selama penelitian berlangsung.
Dalam proposal penelitian kualitatif, sampel sumber data yang dikemukakan masih bersifat sementara, namun peneliti perlu menyebutkan siapa-siapa yang kemungkinan akan digunakan sebagai sumber data atau nara sumber.

C.    Instrumen Penelitian
Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen atau alat penelitan adalah peneliti itu sendiri. Oleh karena itu, peneliti sebagai human instrument harus divalidasi seberapa jauh peneliti kualitatif siap melakukan penelitian yang selanjutnya turun ke lapangan. Validasi terhadap peneliti sebagai instrumen meliputi validasi terhadap pemahaman metode penelitian kualitatif, penguasaan wawasan terhadap bidang yang diteliti, kesiapan peneliti untuk memasuki objek penelitian, baik secara akademik maupum logistiknya.
Peneliti sebagai human instrument, berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan data, dan membuat kesimpulan atas temuannya.
Nasution (1988) menyebutkan bahwa “dalam penelitian kualitatif, tidak ada pilihan lain daripada menjadikan manusia sebagai instrumen penelitian utama. Alasannya ialah bahwa, segala sesuatunya belum mempunyai bentuk yang pasti. Masalah, fokus penelitian, prosedur penelitian, hipotesis yang digunakan, bahkan hasil yang diharapkan, itu semuanya tidak dapat ditentukan secara pasti dan jelas sebelumnya. Segala sesuatu masih perlu dikembangkan sepanjang penelitian itu. Dalam keadaan yang serba tidak pasti, maka tidak ada pilihan lain dan hanya peneliti itu sendiri sebagai alat satu-satunya yang dapat mencapainya” (dalam Sugiyono, 2016: 306-307).
Dalam penelitian kualitatif instrumen utamanya adalah peneliti sendiri, namun setelah fokus penelitian menjadi jelas, maka kemungkinan akan dikembangkan instrumen penelitian sederhana, yang diharapkan dapat melengkapi data dan membandingkan dengan data yang telah ditemukan melalui observasi dan wawancara.

D.    Teknik Pengumpulan Data, Keterbatasan, dan Anggapan Dasar
Mengumpulkan data adalah pekerjaan penting dan sangat menentukan dalam penelitian. Penelitian yang berhasil adalah apabila data dapat dikumpulkan. Sebaliknya, jika data tidak bisa didapatkan atau tidak dapat dikumpulkan, maka sebuah penelitian dipandang tidak berhasil alias gagal.
Pentingnya pekerjaan mengumpulkan data dalam sebuah penelitian juga menjadi alasan utama munculnya berbagai tawaran teknik yang dapat dipilih dan digunakan oleh seorang peneliti dalam mengumpulkan data.
Menurut Subagyo (2004: 228) metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian kualitatif ialah dengan wawancara, observasi, dan pemeriksaan dokumen. Menurut Ibrahim (2015:80) metode pengumpulan data dalam penelitian kualitatif ialah observasi, wawancara, dokumentasi, dan focus group discussion. Menurut Sugiyono (2016:310) pengumpulan data dalam penelitian kualitatif antara lain; Observasi, Wawancara, pemeriksaan dokumen, dan triangulasi.

D.1. Observasi
Secara terminologi, observasi  berasal dari istila inggris “Observation” yang bermakna pengamatan, pandangan, pengawasan. Menurut Kaelan (2012: 100) observasi adalah pengamatan atau peninjauan secara cermat. Menurut Bungin (2013: 142), observasi adalah kegiatan keseharian manusia dengan menggunakan pancaindera mata sebagai alat bantu utama, disamping indra lainnya seperti telinga, hidung mulut, dan kulit. Oleh karena itu, observasi merupakan kemampuan seseorang dalam menggunakan pengamatannya melalui hasil kerja pancaindra mata serta dibantu dengan pancaindra lainnya.
Dalam penelitian kualitatif, observasi dipahami sebagai pengamatan langsung terhadap objek, untuk mengetahui kebenarannya, situasi, kondisi, konteks, ruang, serta maknanya dalam upaya pengumpulan data suatu(Satori, 2009: 105).
Pentingnya observasi sebagai salah satu teknik pengumpulan data dalam penelitian kualitatif, setidaknya didasari pada beberapa alasan (Guba & Lincoln, 1981):
  1. Teknik pengamatan ini didasarkan atas pengalaman secara  langsung. Sebuah informasi, data dan fakta menjadi semakin dapat dipercaya jika dapat disaksikan secara langsung melalui pengamatan yang dilakukan.
  2. Dengan mengamati secara langsung, peneliti bukan saja dapat memahami data, fakta dan informasi penelitian, melainkan juga mengerti proses yang terjadi, termasuk mencatat atau mendokumentasikannya.
  3. Dengan mengamati, seorang peneliti juga bisa melakukan varifikasi atau bahkan pembuktian terhadap data, informasi dan fakta yang didapatkan dari teknik yang lainnya.
  4. Dengan mengamati secara langsung, seorang peneliti akan mungkin dapat memahami hal-hal yang rumit dari data,  yang biasanya tidak terpahami.
  5. Pengamatan menjadi pilihan penting jika dihadapkan pada situasi dan kondisi yang tidak memungkinkan teknik lain diterapkan, seperti perilaku bayi yang masih belum bisa berbicara.
Teknik pengumpulan data observasi terdiri dari beberapa macam yaitu: Observasi partisipatif, observasi terus terang, observasi tak terstruktur.
 Dalam observasi partisipatif, peneliti terlibat dalam kegiatan sehari-hari orang yang diamati (nara sumber). Sambil melakukan pengamatan, peneliti turut melakukan apa yang dikerjakan oleh nara sumber. Dengan observasi partisipan ini, maka data yang akan diperoleh lebih lengkap, tajam, dan sampai mengetahui pada tingkat makna dari setiap perilaku yang tampak (Sugiyono, 2016: 310).
Dalam observasi terus terang atau tersamar, peneliti menyatakan secara terus terang kepada nara sumber bahwa ia sedang melakukan penelitian. Sehingga yang diteliti mengetahui sejak awal sampai akhir segala aktivitas peneliti. Tetapi ada masa dimana peneliti juga tidak terus terang (tersamar) dalam observasi, hal ini menghindari kalau suatu data yang dicari merupakan data yang masih dirahasiakan (Sugiyono, 2016: 312).
Observasi tak testruktur adalah observasi yang tidak dipersiapkan secara sistematis tentang apa yang akan diobservasi. Hal ini dilakukan karena peneliti tidak tahu secara pasti tentang apa yang akan diamati. Dalam melakukan pengamatan peneliti tidak menggunakan instrumen yang telah baku.

D.2. Wawancara
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan unut menemukan permasalahan yang harus diteliti, tetapi juga bila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam. Dalam metode wawancara, metode yang digunakan ialah wawancaraterstruktur, wawancara tidak terstruktur dan wawancara semiterstruktur.
Wawancara terstruktur digunakan sebagai teknik pengumpulan data, bila peneliti telah mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang akan diperoleh. Oleh karena itu, dalam mengumpulkan data, peneliti telah menyiapkan instrumen penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis yang alternatif jawabannya pun telah disiapkan.
Wawancara semistruktur termasuk dalam kategori in-depth interview, di mana dalam pelaksanaannya lebih bebas  bila dibandingkan dengan wawancara terstruktur. Tujuan dari wawancara ini adalh unutk menemukan permasalahan secara lebih terbuka, di mana pihak yang diajak wawancara dimintai pendapat, dan ide-idenya.
Wawancara tidak terstruktur adalah wawancata yang bebas di mana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun sistematis. Pedoman yang digunakan hanya berupa gari besar permasalahan yang akan ditanyakan. Wawancara tidak terstruktur sering digunakan dalam penelitian pendahuluan. Pada penelitian pendahuluan, peneliti berusaha mendapatkan informasi awal tentang berbagai isu atau permasalahan yang ada pada objek, sehingga peneliti dapat menentukan secara pasti permasalahan atau variabel apa yang harus diteliti.

D.3. Pemeriksaan Dokumen
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berupa tulisan, gambar, atau karya-karya monumental seseorang. Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian, sejarah kehidupan, biografi, peraturan, kebijakan. Dokumen yang berbentuk gambar misalnya, foto, gambar hidup, sketsa, dan lain-lain. Dokumen yang berbentuk karya misalnya karya seni yang berupa gambar, patung, film, dan lain-lain. Dalam penelitian kualitatif Studi dokumen merupakan pelengkap dati metode  observasi dan wawancara. Hasil observasi dan wawancara akan lebih kredibel kalau didukung oleh sejara pribadi, autobiografi ataupun gambar/ foto.

D.4. Triangulasi

Triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan diri dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Bila peneliti mengumpulkan data dengan metode triangulasi, maka sebenarnya peneliti mengumpulkan data yang sekaligus menguji kredibilitas data. Teknik triangulasi berati peneliti menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber yang sama.

No comments:

Post a Comment