A. PENGERTIAN
STATISTIKA
Istilah
Statistika berasal dari Bahasa latin, yakni “Status” atau dalam Bahasa Italia disebut “Statista”, yang artinya bentuk politik atau pemerintahan. Usman
Husaini & Akbar P. Setiady (2006) menjelaskan bahwa: “Statistik (Statistic) berasal dari kata “State” yang artinya Negara.”
Mengapa disebut Negara? Karena di masa lalu statistic hanya digunakan untuk
kepentingan-kepentingan Negara. Statistika digunakan dalam pemerintahan untuk
suatu Peraturan.
Pada
tahun 1749, Gottfried Achenwall (dalam Sukestiyarno, 2014) mengartikan
Statistik sebagai Ilmu politik pada perbedaan Negara-Negara. Tahun 1771 W.
Hooper menggunakan istilah Statistika sebagai Ilmu pengetahuan yang mengajarkan
kepada kita tentang pengolalaan politik untuk Negara modern di dunia.
Ilmu
Statistika merupakan ilmu yang cukup tua, mengingat telah digunakan oleh
beberapa ahli matematika seperti Pascal (1623-1662), Bernauli (1654-1705), De
Moivre (1667-1754), Laplace (1749-1827), Gaus (1777-1855), dan sebagainya,
sampai abad 19 Statistika digunakan untuk koleksi informasi tentang pendapatan,
penduduk, dan bidang yang terkait dengan pemerintahan atau kerajaan.
Perkembangan
Ilmu Statistika kemudian ditegaskan kembali oleh Noether (1971) dalam
(Sukestiyarno, 2014) yakni: “Statistic is
a science of collection, classification, and measured evaluation of fact as
basis or inference. It is a body of techniques for acquiring accurate knowledge
from incomplete information; a scientific system fot the collection,
organization, analysis, interpretation and presentation of information which
can be ststed in numerical form” . Moore (1989) mendefenisikan Statistik
secara sederhana yaitu: “Statistic is the
science of collecting, organizing, and interpreting numerical facts” (dalam
Sukestiyarno, 2014).
Statistika
dalam arti luas diartikan sebagai suatu pengetahuan, sekumpulan konsep dan
metode yang digunakan untuk mengumpulkan dan menginterpretasi data tentang
bidang kegiatan tertentu dan mengambil kesimpulan dalam situasi dimana ada
ketidakpastian dan variasi (Rohmad H & Supriyanto, 2015). Dari
pengertian-pengertian yang telah dijelaskan oleh para ahli, maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa Statistik didefenisikan sebagai Ilmu pengetahuan yang
berhubungan dengan pengumpulan, pengelompokkan, pengelolaan, pengukuran, serta
penyajian data dengan menggunakan konsep dan metode tertentu untuk dapat
mengampil kesimpulan terhadap data tersebut.
B. RUANG
LINGKUP STATISTIKA
Adapun Statistika bertugan untuk
mengumpulkan, menyusun, dan mengurutkan data, serta menyajikan data dalam
bentuk table atau dalam bentuk diagram. Kegiatan mengoleksi, mengorganisir,
menggambarkan dengan statistic sederhana, atau mempresentasikan dengan diagram
dinamakan Statistik Deskriptif. “Statistik
Deskriptif ialah susunan angka yang memberikan gambaran tentang data-data yang
disajikan dalam bentuk table, diagram, histogram, polygon, frekuensi, ozaiv
(ogive), ukuran penempatan (median, kuartil, desil, persentil), ukuran gejala
pusat (rata-rata hitung, rata-rata ukur, rata-rata harmonic, dan modus),
simpangan baku, angka baku, kurva normal, korelasi, dan regresi linier (Usman
Husaini & Akbar P. Setiady, 2006)”.
Statistik juga diartikan sebagai alat
untuk mengumpulkan data, mengolah data, menarik kesimpulan, dan membuat
keputusan berdasarkan analisis data yang dikumpulkan. Statistik ini meliputi
penyajian data, yang berarti juga meliputi statistik deskriptif, merupakan
statistik inferensial, contohnya: statistik parametik dan statistik non
parametik
C. KOLEKSI
DATA
Data
statistik adalah suatu keterangan yang berbentuk kuantitatif (bilangan) atau
berbentuk kualitatif (atribut/penilaian: baik, rusak, kurang, sedang, dll).
Data ialah suatu bahan mentah yang jika diolah dengan baik akan menghasilkan
suatu informasi.
Ada
banyak informasi dari media elektonik yang memuat tentang data: jumlah
penduduk, hasil jurnal sepak bola, jadwal penerbangan, valuta asing, dan lain
sebagainya. Agar dapat memberikan data yang akurat, maka penting untuk
mengkaitkan informasi tersebut dengan laporan ilmu pengetahuan, misalnya: ilmu
Sosial, olahraga, politik, ekonomi, dan lain-lain.
Perolehan
data dapat dilakukan secara langsung (misalnya: mengukur luas tanah, mengamati
naik turunnya harga saham, menghitung jumlah penduduk) ataupun secara tidak
langsung (misalnya: menyebarkan angket atau kuesioner untuk diisi).
D. KLASIFIKASI
DATA
Berdasarkan
jenis perolehannya/pengumpulannya, data diklasifikasikan menjadi 5 macam tipe
atau skala, yaitu:
1. Skala
Nominal
Data nominal diperoleh
dari hasil observasi atau pengamatan, sehingga hasilnya berbentuk kualitatif.
Namun apabila data nominal disimpulkna menjadi data numerik (kuantitatif), maka
bilangan bersifat diskrit dan tidak mengenal urutan (artinya: tiap unsurnya
tidak mempunyai arti menurut besar atau posisinya), datanya dapat secara bebas
disusun tanpa memperhatikan urutan, dan dapat dipertukarkan.
Contoh:
Simbol numerik dari
variabel jenis agama: 1= Islam, 2=Kristen, 3= katolik, 4= Hindu, 5= Budha.
Simbol numeric dari
variabel jenis kelamin: 1 = Pria, 2 = Wanita.
Contoh tersebut
menunjukkan bahwa bilangan-bilangan tersebut dapat dipertukarkan sesuai
kesepakatan dan tidak akan mempengaruhi urutan skalanya.
2. Skala
Ordinal
Data ordinal berasal
dari pengamatan, observasi, atau angket berskala dari satu variabel. Hasil
observasi berbentuk kualitatif dan apabila datanya disimbolkan menjadi data
numeric, maka bilangan yang digunakan bersifat diskrit dan mengenal urutan
menurut kualitas atributnya.
Contoh:
Data dari variabel
motivasi mahasiswa berkuliah. Urutan dimulai dari bilangan 1 sampai 5 untuk
menyimbolkan kualitas. 5 = Sangat Bagus, 4 = Bagus, 3 = Sedang, 2 = Jelek, 1 =
Sangat Jelek.
Bilangan pengganti
kualitas tersebut mempunyai suatu tingkatan atribut.
3. Skala
Kardinal.
Data cardinal berasal
dari hasil menimbang atau menghitung suatu variabel. Data berbentuk kuantitatif
bilangan distrik. Data hasil membilang selalu bulat.
Contoh:
Data dari variabel
jumlah kursi di setiap ruangan kelas.
Data dari variabel
jumlah matakulai yang diampu mahasiswa tiap semester.
Dari contoh ini
terlihat bahwa hasil perhitungan data jelas berupa bulangan numerik bulat.
4. Skala
Interval
Data interval berasal
dari hasil mengukur suatu variabel. Data diasumsikan berbentuk bilangan
continue mempunyai ukuran urutan, seperti dengan data ordinal. Pada skala
interval tidak memiliki nol mutlak, artinya jika suatu responden variabelnya
bernilai nol bukan berarti tidak memiliki substansi sama sekali. Dapat
diartinkan juga titik nol pada skala interval adalah bebas posisinya.
Contoh:
Variabel temperature tiap ruangan: ruangan A diukur
suhunya 0ºC, dan ruangan B diukur suhunya 60ºC.
Contoh ini menunjukkan bahwa rirungan A bukan
berarti tidak ada temperature, namun masih mempunyai substansi suhu, karena
masih ada suhu negative juga. Dan pada ruangan B bukan berarti 2kali lebih
panas dari suhu 30ºC.
5. Skala
Rasio
Data rasio berasal dari
hasil mengukur suatu variabel. Data diasumsikan berbentuk bilangan kontiue
hamper sama dengan skala interval,perbedaannya terletak pada titik nol. Pada
skala rasio memiliki nilai nol mutlak, artinya jika suatu responden memiliki
variabel berniali nol maka tidak memiliki substansi sama sekali.
Contoh:
Variabel massa benda.
Bila berbicara mengenai benda, maka suatu benda yang massanya 0 kg berarti
benda itu tidak ada barangnya. Massa 6 Kg artinya 2 kali lipat dari massa 3 Kg.
E. PENERAPAN
DALAM KESEHARIAN DAN PEMECAHAN MASALAH
Adalah mudah
mendapatkan data yang berasal dari menghitung atau mengukur suatu variabel.
Karakteristik dari suatu variabel dapat diambil dengan menggunakan suatu alat
pembilang atau pengukur, contoh: data pengukuran tinggi badan menggunakan
pengukuran meter, temperature ruangan menggunakan alat thermometer, dll.
Sebaliknya untuk mengkonversi data
hasil observasi ke dalam numerik merupakan hal yang tidak mudah. Oleh karena
itu biasanya orang menggunakan angket atau kuesioner untuk melakukan pengamatan
sehingga mempermudah pengamat untuk memperoleh hasil numerik.
No comments:
Post a Comment