1. Pendahuluan
Teknologi tidak lagi hanya dianggap sebagai alat bantu pembelajaran, melainkan sebagai enabler yang memungkinkan lahirnya model-model baru pendidikan dan bisnis yang sebelumnya tidak mungkin dilakukan secara konvensional. Melalui pemanfaatan teknologi, lembaga pendidikan dapat memperluas jangkauan, efisiensi, dan nilai ekonomi dari proses pembelajaran itu sendiri.
2. Pengertian Teknologi dalam Edupreneurship
Secara konseptual, edupreneurship merupakan bentuk inovasi pendidikan yang menanamkan semangat kewirausahaan dalam sistem pembelajaran, sehingga peserta didik tidak hanya memiliki pengetahuan akademik tetapi juga keterampilan bisnis, kreativitas, dan kemampuan berinovasi. Menurut Rohman, Hardiyati, & Rizqia (2024), edupreneurship adalah bentuk pendidikan yang mendorong kolaborasi antara teori pendidikan, praktik kewirausahaan, dan inovasi teknologi untuk menghasilkan nilai tambah ekonomi dan sosial.
Dalam kerangka ini, teknologi memiliki dua peran utama:
- 
Sebagai media pembelajaran – teknologi digital seperti Learning Management System (LMS), platform video interaktif, atau simulasi bisnis digunakan untuk mengembangkan kompetensi kewirausahaan.
 - 
Sebagai sarana bisnis pendidikan – teknologi memungkinkan terciptanya edubusiness seperti e-learning berbayar, produk digital edukatif, kursus online, dan marketplace hasil karya siswa.
 
Dengan demikian, teknologi dalam edupreneurship berfungsi sebagai katalis yang mempercepat kolaborasi antara dunia pendidikan dan dunia bisnis, menjembatani kesenjangan antara teori dan praktik kewirausahaan di lapangan.
3. Teori-Teori yang Mendasari Pemanfaatan Teknologi dalam Edupreneurship
3.1. Teori TOE (Technology, Organization, Environment Framework)
Teori TOE yang diperkenalkan oleh Tornatzky dan Fleischer (1990) menjelaskan bahwa adopsi teknologi dalam suatu organisasi dipengaruhi oleh tiga dimensi utama: technology, organization, dan environment. Dalam konteks edupreneurship, teori ini menekankan pentingnya:
- 
Kesiapan teknologi (infrastruktur digital, aplikasi, dan sistem informasi pendidikan),
 - 
Dukungan organisasi (kepemimpinan visioner, budaya inovasi, sumber daya manusia),
 - 
Lingkungan eksternal (regulasi pemerintah, kemitraan industri, dan kondisi pasar digital pendidikan).
 
Penelitian Rohman et al. (2024) menunjukkan bahwa institusi pendidikan yang berhasil mengimplementasikan edupreneurship berbasis teknologi adalah yang mampu menyeimbangkan tiga aspek TOE tersebut secara strategis.
3.2. Teori Inovasi Pendidikan dan Bisnis
3.3. Teori Connectivism
4. Model Pemanfaatan Teknologi dalam Edupreneurship
Berdasarkan teori-teori di atas, pemanfaatan teknologi dalam edupreneurship dapat dikembangkan melalui empat tahapan utama:
| Tahapan | Deskripsi Aktivitas | Contoh Implementasi | 
|---|---|---|
| 1. Digitalization (Digitalisasi) | Penerapan teknologi dasar dalam pembelajaran kewirausahaan. | Penggunaan LMS, video pembelajaran, aplikasi simulasi bisnis. | 
| 2. Integration (Integrasi) | Integrasi antara pembelajaran, teknologi, dan praktik bisnis. | Proyek siswa membuat toko online sekolah, pelatihan digital marketing. | 
| 3. Innovation (Inovasi) | Pengembangan model bisnis baru berbasis teknologi pendidikan. | Pembuatan aplikasi pembelajaran oleh siswa, startup pendidikan. | 
| 4. Transformation (Transformasi) | Pendidikan menjadi ekosistem bisnis berbasis teknologi. | Sekolah menjadi edupreneurial school dengan produk digital komersial. | 
Model ini sejalan dengan konsep School-Based Enterprise dan Technopreneurship Education yang diterapkan di berbagai lembaga pendidikan kejuruan.
5. Tantangan dan Peluang Pemanfaatan Teknologi
5.1. Peluang
- 
Akses pasar pendidikan yang lebih luas melalui digital platform.
 - 
Efisiensi biaya dan waktu dalam pengelolaan bisnis pendidikan.
 - 
Penguatan karakter inovatif dan adaptif peserta didik terhadap perubahan teknologi.
 - 
Kemunculan model bisnis baru berbasis edu-tech seperti microlearning, aplikasi pembelajaran, dan e-commerce karya siswa.
 
5.2. Tantangan
- 
Kesenjangan literasi digital antara pendidik dan peserta didik.
 - 
Keterbatasan infrastruktur teknologi di lembaga pendidikan.
 - 
Kurangnya pelatihan dalam manajemen bisnis digital di sekolah.
 - 
Risiko komersialisasi pendidikan yang berlebihan jika tidak diimbangi dengan nilai-nilai pedagogis.
 
Sebagaimana diungkapkan oleh Anjelina & Azzahra (2025), implementasi teknologi dalam edupreneurship harus berorientasi pada value creation, bukan semata pada profit generation.
6. Implikasi bagi Lembaga Pendidikan
Agar pemanfaatan teknologi dalam edupreneurship berjalan efektif, lembaga pendidikan perlu:
- 
Mengembangkan kurikulum kewirausahaan digital berbasis proyek (project-based digital entrepreneurship).
 - 
Membangun kemitraan dengan industri teknologi dan startup edukasi.
 - 
Memberdayakan guru dan dosen sebagai fasilitator inovasi digital.
 - 
Mengembangkan sistem evaluasi berbasis capaian kompetensi teknologi dan bisnis.
 - 
Menanamkan nilai etika digital dan tanggung jawab sosial dalam setiap aktivitas edupreneurial.
 
No comments:
Post a Comment