Istilah
hipotesis berasal dari Bahasa yunani, yaitu dari kata hypo dan thesis. Hypo
berarti sementara, atau kurang kebenarannya, atau masih lemah kebenarannya.
Sementara thesis artinya pernyataan atau teori. Sehingga dapat disampaikan
bahwa hipotesis merupakan sebuah teori atau pernyataan yang bersifat sementara
atau yang masih kurang kebenarannya. Karena hipotesis adalh penyataan sementara
atau pernyataan yang masih lemah kebenarannya, maka perlu diuji kebenarannya.
Untuk menguji kebenaran sebuah hipotesis dapat digunakan pengujian yang disebut
pengujian hipotesis. Pengujian hipotesis akan membawa pada kesimpulan apakah
menolak atau menerima hipotesis.
A.
Dua
Macam Kesalahan
Dalam pengujian hipotesis biasanya
terjadi dua macam kesalahan, yaitu:
1. Kesalahan
tipe 1, yaitu menolak hipotesis yang seharusnya tidak ditolak.
2. Kesalahan
tipe 2, yaitu tidak menolak hipotesis yang seharusnya ditolak.
Pengertian ini dapat dijelaskan
dengan contoh sebagai berikut:
“suatu eksperimen pupuk A diberikan
pada 100 pohon tertentu dan setelah sebulan ternyata 75 dari pohon tersebut
menunjukkan reaksi (berbuah) dari pemupukan itu. Kemudian pupuk B diberikan
kepada 100 pohon tertentu lainnya ternyata hanya 40 pohon yangg menunjukkan reaksi.”
Jika peneliti mengambil kesimpulan:
a) Pupuk
A nyatanya tidak lebih baik dari pupuk B, meskipun 75 pohon yang berbuah.
Karena mungkin saja disebabkan oleh factor kebetulan semata. Peneliti percaya
bahwa pupuk A tidak lebih baik dari pupuk B.
b) Peneliti
percaya bahwa 75 dari 100 pohon telah berbuah sebagai reaksi dari pupuk A
walaupun itu sebagai factor kebetulan belaka, kiranya dapat menjadi alasan yang
cukup sebagai dasar kepercayaan bahwa pupuk A lebih efektif daripada pupuk B.
Jika peneliti menerima keputusan
pertama maka ia telah melakukan kesalahan tipe 2. Dan jika peneliti menolak
keputusan kedua maka ia melakukan kesalahan tipe 1.
Ketika merencanakan pengujian
hipotesis kedua tipe kesalahan tersebut hendaklah dibuat sekecil mungkin. Kedua
tipe kesalahan tersebut dinyatakan dalam peluang. Peluang ini juga merupakan besarnya risiko
kesalahan yang ingin kita hadapi. Dalam penelitian sosial, dikenal tariff
signifikansi (α) yang dinyatakan dalam dua atau tiga decimal atau dalam persen
yang besarnya biasanya diambil dari 5% atau 1%. Penentuan besarnya α tergantung
pada keinginan peneliti sebelum analisis statistik dilakukan.
Sebelum melakukan pengujian
hipotesis, maka asumsi-asumsi yang berlaku hendaknya dipenuhi terlebih dahulu.
Asumsi-asumsi yang diperlukan sebelum pengujian hipotesis adalah:
1. Nyatakanlah
dengan tegas bahwa data yang akan diuji tersebut berasal dari sampel atau
populasi
2. Data
yang diuji berdistribusi normal.
B.
Macam
Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis ada 3 macam,
yaitu:
1. Uji
dua pihak
2. Uji
satu pihak; yaitu pihak kanan
3. Uji
satu pihak; yaitu pihak kiri
Dalam pengujian hipotesis, yang
diuji apakan hipotesis ditolak atau diterima. Yang dapat menentukan apakah
hipotesis diterima atau ditolak, maka diperlukan kriteria tertentu dengan nilai
tertentu baik dari hasil perhitungan maupun dari hasil tabel. Kemudian kedua
hasil tersebut dibandingkan. Dalam hal ini misalkan kita menggunakan
perhitungan t dengan rumus t, sehingga diperoleh thitung. Kemudian
kita cari ttabel dari tabel t dengan α tertentu.
C.
Kriteria
Pengujian
Penentuan kriteria pengujian dan
nilai kritis digambarkan seperti tabel berikut ini:
D.
Langkah-langkah
Pengujian Hipotesis
Adapun langkah-langkah
dalam pengujian hipotesis sebagai berikut:
- Tulis Hipotesis dalam bentuk kalimat
- Tulis hipotesis dalam bentuk statistik
- Hitung thitung dan Zhitung
- Tentukan taraf signifikansi (α)
- Cari nilai ttabel dan Ztabel
- Tentukan kriteria pengujian
- Bandingkan thitung dan ttabel atau Zhitung dengan Ztabel
- Buat kesimpulannya
No comments:
Post a Comment