Saturday, October 7, 2017

VALIDITAS DAN RELIABILITAS PENELITIAN KUALITATIF

A.    Pengertian Validitas dan Reliabilitas
Uji keabsahaan dalam penelitian, sering hanya ditekankan pada uji validitas dan reliabilitas
(a)      Validitas
Validitas merupakan derajat ketepatan antara data yang terjadi pada obyek penelitian dengan gaya yang dapat dilaporkan oleh peneliti. Dengan demikian data yang valid adalah data “yang tidak berbeda” antara data yang dilaporkan dengan data yang sesungguhnya terjadi pada obyek penelitian. Bila peneliti membuat laporan yang tidak sesuai dengan obyek, maka data tersebut dapat dinyatakan tidak valid. Misalnya dalam obyek penelitian terdapat warna hitam, maka peneliti harus melaporkan bahwa terdapat warna hitam. Peneliti tidak boleh melaporkan bahwa terdapat warna lain selain hitam, karena dapat menyebabkan data tidak valid.


Dalam validitas penelitian terdapat dua macam, yaitu validitas internal dan validitas eksternal (Sugiyono: 2016: 117-118).
·         Validitas internal berkenaan dengan derajat akurasi desain penelitian dengan hasil yang dicapai. Contoh dalam konteks teologi; jika peneliti dalam desain penelitiannya merancang mengenai kualitas kerja pengkhotbah, maka data yang seharusnya diperoleh adalah data yang akurat mengenai kualitas kerja pengkhotbah. Penelitian akan menjadi tidak valid apabila yang ditemukan adalah motivasi pengkhotbah.
·         Validitas eksternal berkenaan dengan derajat akurasi apakah hasil penelitian dapat digeneralisasikan atau diterapkan pada populasi di mana sampel tersebut diambil. Bila sampel penelitian representatif, instrumen penelitian valid dan reliabel, cara mengumpulkan dan analisis data benar, maka penelitian akan memiliki validitas eksternal yang tinggi.
Dalam penelitian kualitatif, temuan atau data dapat dinyatakan valid apabila tidak ada perbedaan antara yang dilaporkan peneliti dengan apa yang sesungguhnya terjadi pada obyek yang diteliti. Tapi perlu diketahui bahwa kebenaran realitas data menurut penelitian kualitatif bersifat jamak dan tergantung pada konstruksi manusia, dibentuk dalam diri seseorang sebagai hasil proses mental tiap individu dengan berbagai latar belakangnya (Sugiyono, 2016: 118).
(b)      Reliabilitas
Susan Stainback (1998) menyatakan bahwa reliabilitas berkaitan dengan derajat konsistensi dan stabilitas data atau temuan. Dalam pandangan positivistik (kuantitatif) suatu data dinyatakan reliabel apabila dua atau lebih peneliti dalam obyek yang sama menghasilkan data yang sama, atau peneliti sama dalam berbeda menghasilkan data yang sama, atau sekelompok data yang bila dipecah menjadi dua menunjukkan data yang tidak berbeda.
Pengertian reliabilitas dalam  penelitian  kualitatif, berbeda dengan penelitan kuantitatif. Hal ini terjadi karena terdapat perbedaan paradigma dalam melihat realitas. Dalam penelitian kualitatif, realitas bersifat majemuk/ganda, dinamis/selalu berubah, sehingga tidak ada yang konsisten dan berulang seperti semula. Heraclites (dalam Nasution, 1988) menyatakan bahwa “kita tidak bisa dua kali masuk sungai yang sama”. Maksudnya ialah, waktu berubah, situasi berubah, air mengalir terus, dan perilaku manusia untuk terlibat dalam situasi sosial pun berubah. Sehingga jelas bahwa data tidak tetap atau konsisten ataupun stabil. Selain itu, tiap peneliti dalam memberi laporan biasanya menurut bahasa dan cara berfikirnya. Demikian dengan cara pengumpulan data, pencatatan hasil observasi dan wawancara terkandung unsur-unsur individualistik. Proses penelitian sendiri bersifat personalistik dan tidak ada dua peneliti akan menggunakan cara yang persis sama (Sugiyono, 2016: 119-120).

B.     Pengujian Validitas dan Reliabilitas Penelitian Kualitatif
Dalam pengujian keabsahan data, metode penelitian kualitatif meliputi uji cerdibility (validitas internal/nilai kebenaran), transferability (validitas eksternal/penerapan), dependability (reliabilitas/konsistensi), confirmability (obyektivitas/natralitas).
1.      Uji Kredibilitas
Bermacam-macam cara pengujian kredibilitas data antara lain dilakukan dengan: perpanjangan pengamatan, peningkatan ketekunan dalam perpanjangan pengamatan, triangulasi, diskusi dengan teman sejawat, analisis kasus negatif, dan member check.
Perpenjangan pengamatan
Dengan perpanjangan pengamatan, berarti peneliti akan kembali ke lapangan dan melakukan pengamatan. Wawancara lagi dengan nara sumber  yang pernah ditemui maupun dengan yang baru. Dengan perpanjangan pengamatan ini berarti hubungan peneliti dengan nara sumber akan semakin terbentuk rapport, semakin akrab (tidak ada jarak), semakin terbuka, saling mempercayai sehingga tidak ada informasi yang disembunyikan lagi. Bila telah terbentuk rapport, maka kehadiran peneliti tidak lagi menjadi gangguan dalam mempelajari perilaku, sehingga tak ada lagi informasi yang disembunyikan. Lamanya perpanjangan pengamatan ini akan tergantung pada kedalaman, keluasan, dan kepastian data. Dalam perpanjangan pengamatan, sebaiknya difokuskan pada pengujian yang telah diperoleh, apakah data yang dioeroleh setelah dicek kembali ke lapangan sudah benar atau tidak, berubah atau tidak. Bila setelah dicek kembali ke lapangan data sudah benar berarti kredibel, maka waktu perpanjangan pengamatan dapat diakhiri. Untuk membuktikan apakah peneliti melakukan uji kredibilitas atau tidak maka akan lebih baik jika dibuktikan dengan surat perpanjangan, yang selanjutnya surat keterangan perpanjangan ini dilampirkan dalam laporan penelitian.

Meningkatkan ketekunan
Meningkatkan ketekunan berarti melakukan pengamatan secara lebih cermat dan berkesinambungan. Mengapa dengan meningkatkan ketekunan dapat meningkatkan kredibilitas data? Meningkatkan ketekunan ibarat kita mengecek soal-soal, atau tulisan yang telah dikerjakan ada yang salah atau tidak. Dengan meningkatkan ketekunan itu, maka peneliti dapat melakukan pengecekan kembali apakah data yang telah ditemukan salah atau tidak. Dengan meningkatkan ketekunan maka peneliti dapat memberikan deskripsi data yang akurat dan sistematis tentang apa yang diamati. Peneliti dapat meningkatkan ketekunan, melalui proses membaca referensi, maupun hasil penelitian atau dokumentasi-dokumentasi yang terkait temuan yang diteliti. dengan begitu wawasan peneliti akan semakin luas dan tajam, sehingga dapat digunakan untuk memeriksa data yang ditemukan itu benar dipercaya atau tidak.
  
Triangulasi
Wilian Wiersma (1986) mengartikan triangulasi sebagai pengecekan data dari berbagai sumber, dengan berbagai cara, dan berbagai waktu. Dengan demikian terdapat triangulasi sumber, triangulasi teknik pengumpulan data, dan triangulasi waktu.
Triangulasi sumber untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber. Sebagai contoh: untuk menguji kredibilitas data tentang gaya kepemimpinan seeseorang, maka pengumpulan dan pengujian data yang telah diperoleh dilakukan ke bawahan, ke atasan yang menugasi, dan ke teman sekerja yang merupakan kelompok kerja sama. Dari ketiga sumber tersebut, peneliti kemudian mendeskripsikan atau mengkategorikan mana pandangan yang sama, yang berbeda, dan spesifik dari ketiga sumber data tersebut.
Triangulasi teknik untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. Misalnya data diperoleh dengan cara wawancara, maka peneliti dapat mengeceknya dengan dokumentasi, kuesioner ataupun observasi. Bila dengan teknik-teknik tersebut menghasilkan data-data yang berbeda, maka peneliti melakukan diskusi lanjut kepada sumber data yang bersangkutan atau yang lain untuk memastikan data mana yang dianggap benar.
Triangulasi waktu untuk menguji kredibilitas data dapat dilakukan dengan cara melakukan pengecekan dengan wawancara, observasi atau teknik lain dalam waktu atau situasi yang berbeda.

Analsisi Kasus Negatif
Kasus negatif adalah kasus yang tidak sesuai atau berbeda dengan hasil penelitian hingga pada saat tertentu. Melakukan analisis kasus negatif berarti peneliti mencari data yang berbeda atau bahkan bertentangan dengan data yang telah ditemukan. Bila tidak ada lagi data yang bertentangan, maka dapat diartikan bahwa data yang ditemukan sudah dapat dipercaya.

Menggunakan Bahan Referensi
Yang dimaksudkan dengan bahan referensi adalah adanya pendukung untuk membuktikan data yang telah ditemukan oleh peneliti. Sebagai contoh: data hasil wawancara perlu didukung dengan adanya rekaman wawancara. Data tentang interaksi manusia, atau gambaran suatu keadaan perlu didukung oleh foto-foto, ataupun rekaman-rekaman dalam penelitian kualitatif. Laporan yang disertai dengan bukti autentik berupa rekaman atau foto biasa akan lebih dipercaya.

Mengadakan Member Check
Member check adalah proses pengecekan data yang diperoleh peneliti kepada pemberi data. Tujuan member chec adalah untuk mengetahui seberapa jauh data yang diperoleh sesuai dengan apa yang diberikan oleh pemberi data. Apabila yang ditemukan disepakati oleh pemberi data berarti data tersebut valid, sehingga semakin krediber atau dapat dipercaya.
                                                                                                                               
2.      Pengujian Transferablility
Transferability, jika dalam penelitian kuantitatif disebut sebagai validitas eksternal yang menunjukkan derajat ketepatan atau dapat diterapkan hasil penelitiannya ke populasi di mana sampel tersebut di ambil. Nilai transfer ini berkaitan dengan pertanyaan, hingga makna hasil penelitian dapat diterapkan atau digunakan dalam situasi lain.


3.      Pengujian Depenability
Dalam penelitian kuantitatif, depenability disebut sebagai reliabilitas. Dalam penelitian kualitatif disebut depenability. Penelitan yang reliabel adalah apabila orang lain dapat mengulang atau mereplikasi penelitian tersebut. Pengujian depenability dilakukan dengan cara melakukan audit secara keseluruhan terhadap penelitian tersebut. Caranya dilakukan oleh orang yang independen misalnya pembimbing untuk mengaudit keseluruhan aktivitas peneliti dalam melakukan penelitian. Bagaimana peneliti mulai menentukan masalah/fokus, memasuki lapangan, menentukan sumber data, melakukan analisis data, melakukan uji keabsahaan data, sampai membuat kesimpulan, haruslah dapat ditunjukkan oleh peneliti. Jika peneliti tidak dapat menunjukkan aktivitas penelitiannya maka patut diragukan depenabilitasnya.

4.      Pengujian Konfirmability
Pengujian konfirmability dalam penelitian kualitatif disebut dengan uji obyektifitas penelitian. Penelitian dikatakan obyektif jika hasil penelitian telah disepakati banyak orang. Dalam penelitian kualitatif, uji konfirmability mirip dengan uji depenability sehingga pengujiannya dapat dilakukan secara bersamaan. Bila hasil penelitian merupakan fungsi dari proses penelitian yang dilakukan, maka penelitian tersebut telah memenuhi standar konfirmability.



12 comments:

  1. tolong kirim sumbernya mas,kirim email saya (hidayat.fci15@gmail.com)..matursuwun

    ReplyDelete
  2. Kak bagi sumbernya. Kirim di email saya windiui03@gmail.com.
    Makasih

    ReplyDelete
  3. Bagi sumber referensi ya dong krim email sya

    ReplyDelete
  4. kak boleh bagi sumbernya? kirim ke email citrads.dewi@gmail.com
    terimakasih

    ReplyDelete
  5. Kak bisa minta sumbernya? dikirim di email karmanar11@gmail.com\

    ReplyDelete
    Replies
    1. makasih materinya sangat bermanfaat bagi saya, kalo boleh bagi kasih saya sumber kah?
      Makasih ini emailku: akuadalahanakkoteka@gmail.com

      Delete
  6. bismillah kk minta referensinya kk (musdalifausman04@gmail.com)tolong kk..

    ReplyDelete
  7. Mohon maaf ka, minta sumber nya kirim ke email saya iinawaliya06@gmail.com

    ReplyDelete
  8. ijin kak boleh minta sumbernya kirim email @latifahhanum052002@gmail.com

    ReplyDelete
  9. Nuwun sewu bpk ,Mohon maaf kalau di ijinkan kami minta sumernya agar kami pelajari

    ReplyDelete